Jumat, 31 Oktober 2008

Aisa Sayang, Aisa Malang...




Aisa sayang, ketika menulis ini, bapak sedang berada dalam cobaan-Nya. Sudah tiga hari tubuh satu-satunya ini dilanda panas dan demam. Kemampuan bapak dalam mencicipi makanan pun ditawan entah sampai kapan. Tidak berasa itu makanan. Sampai merokok pun tak enak rasa. Di malam hari, tidur bapak gelisah gundah gulana. Pantat pun tidak bisa diam di satu tempat saja. Semua posisi selalu serba salah. Setiap pukul dua dini hari bapak terbangun lalu ke kamar mandi. Tidak usahlah bapak jelaskan di sana apa yang terjadi.

Aisa malang, jika ada yang harus disalahkan dengan nasib buruk yang menimpa bapak ini, maka ibumulah pelakunya. Ya, ibumu. Pesonanya yang ia tebar, kisah-kisah yang ia ceritakan dalam surat-suratnya, serta mimpi-mimpinya yang ia bagi pada bapak sudah cukup lama menjadi candu yang memabukkan. Kadang-kadang sampai slebor bapak dibuatnya. Tidak jarang tertawa sendiri. Atau sekedar senyum menawan, menangis tersedu pilu.

Lalu tiba-tiba saja dihentikannya semua itu tanpa aba-aba terlebih dahulu. Dua minggu, sebutnya. Itu pun bisa lebih lama, atau jika kami beruntung, bisa kurang dari itu.

Karenanya, Aisa. Jangan terkejut seandainya kelak kamu temukan bapak sedang berada di pusat rehabilitasi. Atau di pesantren Abah Anom, Tasik.

Sekali lagi. Ibumu itu, Aisa, pelakunya.




"I don't need drugs to make my life tragic."
[Anonymous]

Aisa Sayang, Aisa Malang...




Aisa sayang, ketika menulis ini, bapak sedang berada dalam cobaan-Nya. Sudah tiga hari tubuh satu-satunya ini dilanda panas dan demam. Kemampuan bapak dalam mencicipi makanan pun ditawan entah sampai kapan. Tidak berasa itu makanan. Sampai merokok pun tak enak rasa. Di malam hari, tidur bapak gelisah gundah gulana. Pantat pun tidak bisa diam di satu tempat saja. Semua posisi selalu serba salah. Setiap pukul dua dini hari bapak terbangun lalu ke kamar mandi. Tidak usahlah bapak jelaskan di sana apa yang terjadi.

Aisa malang, jika ada yang harus disalahkan dengan nasib buruk yang menimpa bapak ini, maka ibumulah pelakunya. Ya, ibumu. Pesonanya yang ia tebar, kisah-kisah yang ia ceritakan dalam surat-suratnya, serta mimpi-mimpinya yang ia bagi pada bapak sudah cukup lama menjadi candu yang memabukkan. Kadang-kadang sampai slebor bapak dibuatnya. Tidak jarang tertawa sendiri. Atau sekedar senyum menawan, menangis tersedu pilu.

Lalu tiba-tiba saja dihentikannya semua itu tanpa aba-aba terlebih dahulu. Dua minggu, sebutnya. Itu pun bisa lebih lama, atau jika kami beruntung, bisa kurang dari itu.

Karenanya, Aisa. Jangan terkejut seandainya kelak kamu temukan bapak sedang berada di pusat rehabilitasi. Atau di pesantren Abah Anom, Tasik.

Sekali lagi. Ibumu itu, Aisa, pelakunya.




"I don't need drugs to make my life tragic."
[Anonymous]

Selasa, 28 Oktober 2008

Menghadap Tembok

“When you hate, the only one that suffers is you, because most of the people you hate don’t know it and the rest don’t care.” [Myrlie Evers, Ghost of Mississippi]




Sewaktu saya masih sekolah SD dahulu, pernah suatu kali bapak saya memanggil saya dan bilang begini. "Andi, maukah bapak ceritakan tentang dunia perempuan dan seluruh penghuninya?"

"Tidak, bapak. Jangan. Saya masih kecil."

"Ada beberapa hal yang harus kamu ketahui tentang dunia mereka, Andi. Suatu hari nanti kamu akan memasukinya. Sudah sepantasnya bapak memberikan bekal pengetahuan tentang hal tersebut. Semoga kelak, jikalau kamu menghadapi tembok besar dalam hidupmu, kamu akan teringat akan pesan-pesan bapak yang tidak seberapa ini."

"Baiklah, bapak. Silakan. Jangan lama-lama, ya. Sebentar lagi Rumah Masa Depan akan segera dimulai."

Tapi bapak nampak tidak peduli. Diperintahkannya saya untuk segera duduk di atas dipan rumah kami yang sederhana. Karena khawatir akan dipotongnya uang jajan, maka saya tidak punya pilihan lain kecuali menuruti kemauannya. Kemudian, mulailah ia memberikan petuah-petuahnya.

"Tahukah kamu, Andi, bahwa sebelum menjadi seorang ibu, seorang perempuan itu tidaklah mengerti sama sekali tentang kita, kaum laki-laki. Mereka mengira, antariksa berputar pada dirinya seorang. Padahal Copernicus sudah memberi penjelasan bahwa mataharilah pusat tata surya. Karena itu, Andi, janganlah kamu sekali-kali memperlakukan perempuan yang belum menjadi istrimu dengan semena-mena. Jangan pernah pula kamu menuntut ini-itu. Meminta perhatian dan memelas kasih sayang. Berputar-putar saja mengelilinginya. Biarlah ia sendiri yang menarik atau melempar kamu dari orbit yang sudah kamu bentuk sendiri."

"Ke dua, para perempuan itu tidak mengerti akan apa yang mereka inginkan sebenarnya. Juga, tidak mengerti akan apa yang mereka butuhkan...."

"Ke tiga, perempuan itu..."

"..."

"Ke enambelas..."

"...bla bla bla..."










Bapak, seandainya dulu saya dengarkan nasihatmu dengan seksama... seandainya dahulu saya tidak tertidur sewaktu engkau memberikan petuah-petuah itu... tentu anakmu ini tidak akan tersesat seperti sekarang.


Bapak, saya sedang berhadapan dengan tembok.

Menghadap Tembok

“When you hate, the only one that suffers is you, because most of the people you hate don’t know it and the rest don’t care.” [Myrlie Evers, Ghost of Mississippi]




Sewaktu saya masih sekolah SD dahulu, pernah suatu kali bapak saya memanggil saya dan bilang begini. "Andi, maukah bapak ceritakan tentang dunia perempuan dan seluruh penghuninya?"

"Tidak, bapak. Jangan. Saya masih kecil."

"Ada beberapa hal yang harus kamu ketahui tentang dunia mereka, Andi. Suatu hari nanti kamu akan memasukinya. Sudah sepantasnya bapak memberikan bekal pengetahuan tentang hal tersebut. Semoga kelak, jikalau kamu menghadapi tembok besar dalam hidupmu, kamu akan teringat akan pesan-pesan bapak yang tidak seberapa ini."

"Baiklah, bapak. Silakan. Jangan lama-lama, ya. Sebentar lagi Rumah Masa Depan akan segera dimulai."

Tapi bapak nampak tidak peduli. Diperintahkannya saya untuk segera duduk di atas dipan rumah kami yang sederhana. Karena khawatir akan dipotongnya uang jajan, maka saya tidak punya pilihan lain kecuali menuruti kemauannya. Kemudian, mulailah ia memberikan petuah-petuahnya.

"Tahukah kamu, Andi, bahwa sebelum menjadi seorang ibu, seorang perempuan itu tidaklah mengerti sama sekali tentang kita, kaum laki-laki. Mereka mengira, antariksa berputar pada dirinya seorang. Padahal Copernicus sudah memberi penjelasan bahwa mataharilah pusat tata surya. Karena itu, Andi, janganlah kamu sekali-kali memperlakukan perempuan yang belum menjadi istrimu dengan semena-mena. Jangan pernah pula kamu menuntut ini-itu. Meminta perhatian dan memelas kasih sayang. Berputar-putar saja mengelilinginya. Biarlah ia sendiri yang menarik atau melempar kamu dari orbit yang sudah kamu bentuk sendiri."

"Ke dua, para perempuan itu tidak mengerti akan apa yang mereka inginkan sebenarnya. Juga, tidak mengerti akan apa yang mereka butuhkan...."

"Ke tiga, perempuan itu..."

"..."

"Ke enambelas..."

"...bla bla bla..."










Bapak, seandainya dulu saya dengarkan nasihatmu dengan seksama... seandainya dahulu saya tidak tertidur sewaktu engkau memberikan petuah-petuah itu... tentu anakmu ini tidak akan tersesat seperti sekarang.


Bapak, saya sedang berhadapan dengan tembok.

Basah Basah Basah


Basah bumi di luar sana. Empat hari tidak saya lihat matahari. Tuhan, adakah ini pertanda cucian saya tidak kering lagi? Haruskah saya kenakan juga kemeja hari kemarin? Bagaimana dengan besok?

Ataukah ini sekedar gambaran... cuaca di hati?

Basah Basah Basah


Basah bumi di luar sana. Empat hari tidak saya lihat matahari. Tuhan, adakah ini pertanda cucian saya tidak kering lagi? Haruskah saya kenakan juga kemeja hari kemarin? Bagaimana dengan besok?

Ataukah ini sekedar gambaran... cuaca di hati?

5 Hal Sangat Penting Tentang Saya


Seorang kawan lama mengunjungi blog ini. Komentar pertama dia adalah, "Mana tentang kamu-nya?"
Saya bingung. "Maksud kamu?"
"Maksud saya... mana tentang kamu-nya?"
Diam sesaat. "Maksud kamu?"




Baiklah. Daripada daripada, mendingan-mendingan. Mari saya jelaskan 5 hal penting tentang saya. Iya, saya ini, a.k.a Andi Eriawan.

#1 Saya adalah seorang seniman
Seniman dalam berbohong. Karena seniman, maka tidak akan pernah saya berbohong akan hal yang murahan, gampang tertebak dan mudah tertangkap. Tidak akan saya berbohong untuk mengambil keuntungan dari orang lain. Apalagi kalian. Terutama kamu.
Bohong saya tingkatnya tinggi. Saking tingginya, tidak akan ada yang bisa melihat tepian puncaknya. Kecuali, tentu saja, sesama seniman.

#2 Saya tidak suka protes
Saya lebih memilih balas dendam. Karena itu, jika diperlakukan tidak adil, saya tidak akan protes. Saya cuma diam, mengamati situasi dan memberikan kesempatan pada mereka yang telah bertindak demikian untuk bertobat. Untuk meminta maaf. Satu, dua kali kesempatan. Jika tidak ada perubahan, maka saya lancarkan serangan yang setimpal.

#3 Saya miskin
Mari bahas bagian ini lebih dalam.

"Andi, traktir, dong. Kamu kan sudah kerja, punya multi perusahaan, menerima royalti, bujangan pula."

Itu adalah kalimat yang sering, amat sering, saya dengar. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang sudah lama tidak bertemu. Saya selalu kebingungan bagaimana menjelaskan pada mereka bahwa saya ini seorang miskin. Karena tidak mungkin jika saya bilang pada mereka bahwa saya punya beberapa anak asuh yang segala keperluannya harus saya tanggung. Dari mulai makan, tempat tinggal sampai kesehatan. Belum lagi 4-5 adik asuh.

Ada juga beberapa janda asuh.

Belum terhitung pula puluhan gadis asuh yang harus saya biayai kosmetiknya, uang jajannya, tiket nonton bioskop dan konser musiknya...

Jadi, saya bilang saja pada mereka yang selalu minta traktir setiap kali kami bertemu itu dengan jawaban,
"Maaf. Saya baru kalah judi."


#4 Saya sombong
Ah, tak usahlah kita bahas ini.

#5 Saya jago menghilang
Nah, ini bakat lain lagi. Saya hebat dalam hal hilang-menghilang. Juga menyamar menjadi orang yang sama sekali tidak dikenal. Tiba-tiba saja, saya bisa sangat sulit dihubungi. SMS tidak sampai, ditelpon tulalit. Semua koneksi yang menghubungi saya bisa diputuskan kapan saya mau. Di kelurahan saja, data saya nyaris tidak ada. Wong, KTP saja saya palsu. SIM sih jangan ditanya.

#6 Saya seorang yang adil
Sekiranya saya beristri empat, maka keempatnya akan sama rata bahagianya. Itu merupakan gambaran betapa saya ini adil. Kamu memberi saya A, saya kasih A+ sebagai balasannya. Seperti itulah.

#7 Saya setia
Ini lain lagi. Kesetiaan saya tidak bisa diukur dengan uang ataupun kecantikan fisik. Sungguh malang nasib para pengkhianat.

#8 Saya pekerja keras
Betul sekali. Saya terbangun sewaktu orang-orang masih tidur. Saya masih bekerja sewaktu orang-orang mulai naik ke atas ranjang mereka. Meski, saya sering tertidur sewaktu orang-orang sedang bekerja.

#9 Saya tipe pejuang
Menyerah tidak saya kenal dalam Kamus Besar Panduan Hidup.

#10 Saya tidak peduli
Ya. Saya tidak peduli mereka akan bilang apa tentang saya. Terutama kalian. Saya cuma peduli keluarga, tetangga, saudara, kawan, sahabat, istri saya kelak, orang-orang yang saya temui di jalan, kantor, angkot, terminal dan di mana pun, serta orang-orang yang peduli pada saya. Juga Aisa Adinda Kita.







"Kenapa ada 10?" teman saya tanya lagi. "Di awal bilang cuma ada 5 hal tentang kamu."
"Iya. Dari 10 itu, yang benar cuma 5."



5 Hal Sangat Penting Tentang Saya


Seorang kawan lama mengunjungi blog ini. Komentar pertama dia adalah, "Mana tentang kamu-nya?"
Saya bingung. "Maksud kamu?"
"Maksud saya... mana tentang kamu-nya?"
Diam sesaat. "Maksud kamu?"




Baiklah. Daripada daripada, mendingan-mendingan. Mari saya jelaskan 5 hal penting tentang saya. Iya, saya ini, a.k.a Andi Eriawan.

#1 Saya adalah seorang seniman
Seniman dalam berbohong. Karena seniman, maka tidak akan pernah saya berbohong akan hal yang murahan, gampang tertebak dan mudah tertangkap. Tidak akan saya berbohong untuk mengambil keuntungan dari orang lain. Apalagi kalian. Terutama kamu.
Bohong saya tingkatnya tinggi. Saking tingginya, tidak akan ada yang bisa melihat tepian puncaknya. Kecuali, tentu saja, sesama seniman.

#2 Saya tidak suka protes
Saya lebih memilih balas dendam. Karena itu, jika diperlakukan tidak adil, saya tidak akan protes. Saya cuma diam, mengamati situasi dan memberikan kesempatan pada mereka yang telah bertindak demikian untuk bertobat. Untuk meminta maaf. Satu, dua kali kesempatan. Jika tidak ada perubahan, maka saya lancarkan serangan yang setimpal.

#3 Saya miskin
Mari bahas bagian ini lebih dalam.

"Andi, traktir, dong. Kamu kan sudah kerja, punya multi perusahaan, menerima royalti, bujangan pula."

Itu adalah kalimat yang sering, amat sering, saya dengar. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang sudah lama tidak bertemu. Saya selalu kebingungan bagaimana menjelaskan pada mereka bahwa saya ini seorang miskin. Karena tidak mungkin jika saya bilang pada mereka bahwa saya punya beberapa anak asuh yang segala keperluannya harus saya tanggung. Dari mulai makan, tempat tinggal sampai kesehatan. Belum lagi 4-5 adik asuh.

Ada juga beberapa janda asuh.

Belum terhitung pula puluhan gadis asuh yang harus saya biayai kosmetiknya, uang jajannya, tiket nonton bioskop dan konser musiknya...

Jadi, saya bilang saja pada mereka yang selalu minta traktir setiap kali kami bertemu itu dengan jawaban,
"Maaf. Saya baru kalah judi."


#4 Saya sombong
Ah, tak usahlah kita bahas ini.

#5 Saya jago menghilang
Nah, ini bakat lain lagi. Saya hebat dalam hal hilang-menghilang. Juga menyamar menjadi orang yang sama sekali tidak dikenal. Tiba-tiba saja, saya bisa sangat sulit dihubungi. SMS tidak sampai, ditelpon tulalit. Semua koneksi yang menghubungi saya bisa diputuskan kapan saya mau. Di kelurahan saja, data saya nyaris tidak ada. Wong, KTP saja saya palsu. SIM sih jangan ditanya.

#6 Saya seorang yang adil
Sekiranya saya beristri empat, maka keempatnya akan sama rata bahagianya. Itu merupakan gambaran betapa saya ini adil. Kamu memberi saya A, saya kasih A+ sebagai balasannya. Seperti itulah.

#7 Saya setia
Ini lain lagi. Kesetiaan saya tidak bisa diukur dengan uang ataupun kecantikan fisik. Sungguh malang nasib para pengkhianat.

#8 Saya pekerja keras
Betul sekali. Saya terbangun sewaktu orang-orang masih tidur. Saya masih bekerja sewaktu orang-orang mulai naik ke atas ranjang mereka. Meski, saya sering tertidur sewaktu orang-orang sedang bekerja.

#9 Saya tipe pejuang
Menyerah tidak saya kenal dalam Kamus Besar Panduan Hidup.

#10 Saya tidak peduli
Ya. Saya tidak peduli mereka akan bilang apa tentang saya. Terutama kalian. Saya cuma peduli keluarga, tetangga, saudara, kawan, sahabat, istri saya kelak, orang-orang yang saya temui di jalan, kantor, angkot, terminal dan di mana pun, serta orang-orang yang peduli pada saya. Juga Aisa Adinda Kita.







"Kenapa ada 10?" teman saya tanya lagi. "Di awal bilang cuma ada 5 hal tentang kamu."
"Iya. Dari 10 itu, yang benar cuma 5."



Minggu, 26 Oktober 2008

Cecak bin Kadal


jika ditanya

ke mana akan pergi
menujumu
atau kembali sunyi...



tapi jarak diantara kita
bukan tidak seberapa

butuh empat milyar dua puluh tiga
langkah cecak
untuk sampai ke sana

itu adalah jarak yang sangat jauh
jarak yang harus cecak tempuh
untuk bertemu cecak pasangannya








wahai cecak
hati-hati di jalan




kamu
jangan kalah
sama cecak
dalam bersabar


“Distance never seperates two hearts that really care."

Cecak bin Kadal


jika ditanya

ke mana akan pergi
menujumu
atau kembali sunyi...



tapi jarak diantara kita
bukan tidak seberapa

butuh empat milyar dua puluh tiga
langkah cecak
untuk sampai ke sana

itu adalah jarak yang sangat jauh
jarak yang harus cecak tempuh
untuk bertemu cecak pasangannya








wahai cecak
hati-hati di jalan




kamu
jangan kalah
sama cecak
dalam bersabar


“Distance never seperates two hearts that really care."

Sabtu, 25 Oktober 2008

.......


kamu cantik sekali hari ini
kamu tahu itu
lebih dari biasanya

ah,
mungkinkah karena
rambut yang berkibar-kibar
atau rok panjang melambai-lambai
yang kamu kenakan

sialan

pesona ini
membahayakan
sekiranya kamu tahu
membahayakan posisi saya
tentu
kini saya harus berhati-hati
semakin berjaga-jaga
lebih mawas diri
agar mereka tidak merebut

merebut kamu, siapa lagi










iya
hari ini
saya lebay sekali



“Isn’t it nice to think that tomorrow is a new day with no mistakes in it yet?”
[Lucy Maud Montgomery, Anne of Green Gables]

.......


kamu cantik sekali hari ini
kamu tahu itu
lebih dari biasanya

ah,
mungkinkah karena
rambut yang berkibar-kibar
atau rok panjang melambai-lambai
yang kamu kenakan

sialan

pesona ini
membahayakan
sekiranya kamu tahu
membahayakan posisi saya
tentu
kini saya harus berhati-hati
semakin berjaga-jaga
lebih mawas diri
agar mereka tidak merebut

merebut kamu, siapa lagi










iya
hari ini
saya lebay sekali



“Isn’t it nice to think that tomorrow is a new day with no mistakes in it yet?”
[Lucy Maud Montgomery, Anne of Green Gables]

Minggu, 19 Oktober 2008

Jerawat Batu


pernahkah kau dengar

gerimis yang turun
seperti semalam…
rintiknya begitu berima
mendendangkan lagu-lagu kita

adakah kau pandang
bulan sepotong yang bersinar
seperti semalam…
cahayanya menari-nari di atas kepala
ciptakan silhuet berbagai peristiwa

sempatkah kau tatap
kedip bintang-bintang
seperti semalam…




seperti bintik jerawat
di wajah kamu, bukan
yang selalu kuhitung
menjelang kutidur





tidak mengompol kan, sayang...

?

Jerawat Batu


pernahkah kau dengar

gerimis yang turun
seperti semalam…
rintiknya begitu berima
mendendangkan lagu-lagu kita

adakah kau pandang
bulan sepotong yang bersinar
seperti semalam…
cahayanya menari-nari di atas kepala
ciptakan silhuet berbagai peristiwa

sempatkah kau tatap
kedip bintang-bintang
seperti semalam…




seperti bintik jerawat
di wajah kamu, bukan
yang selalu kuhitung
menjelang kutidur





tidak mengompol kan, sayang...

?

Sabtu, 18 Oktober 2008

Aisa (3)

Sayang, malam mulai mencair ketika bapak menulis ini. Sementara besok, tumpukan pekerjaan harus bapak tuntaskan. Seperti batu bata, kamu tahu. Ah, kamu masih muda, sulit untuk mengerti semua. Biarlah satu persatu terurai dengan sendirinya. Tanpa kami, sebagai orangtua, paksa kamu untuk mengerti segala sesuatunya.

Aisa, sedang apa ibumu? Apakah sedang memasak di dapur seperti biasa? Masihkah ia mencoba resep andalannya itu, kue kering dengan keju melimpah ruah? Meski ayahmu dilarangnya menghisap nikotin, dia senang sekali menyuapi kita dengan kolesterol. Tapi, jangan sekali-kali kamu adukan hal ini, ya. Nikotin dan kolesterol, dua hal yang paling berarti bagi bapak setelah kalian berdua.

Kamu, tahu Aisa. Sewaktu ibumu masih belum menyadari takdir kami, sewaktu kamu masih di alam ruh tanpa tahu bagaimana manis pahitnya kehidupan dunia, bapak selalu bertanya-tanya, apakah kelak kamu akan bangga dengan bapak. Apakah kamu akan membandingkannya dengan ayah tetangga? Dengan Budi Dharma? Dengan John Lennon? Dengan Jimmy Maruli Alfian? Dengan ... Ahmad Dhani sekalipun?

Aisa, sayang. Bapak mungkin bukan siapa-siapa dibandingkan mereka. Tapi, sewaktu kamu membaca catatan ini, ada satu hal yang sangat bapak yakini.

Cuma bapak yang bisa menghiasi rumah kita dengan penuh tawa.

Aisa (3)

Sayang, malam mulai mencair ketika bapak menulis ini. Sementara besok, tumpukan pekerjaan harus bapak tuntaskan. Seperti batu bata, kamu tahu. Ah, kamu masih muda, sulit untuk mengerti semua. Biarlah satu persatu terurai dengan sendirinya. Tanpa kami, sebagai orangtua, paksa kamu untuk mengerti segala sesuatunya.

Aisa, sedang apa ibumu? Apakah sedang memasak di dapur seperti biasa? Masihkah ia mencoba resep andalannya itu, kue kering dengan keju melimpah ruah? Meski ayahmu dilarangnya menghisap nikotin, dia senang sekali menyuapi kita dengan kolesterol. Tapi, jangan sekali-kali kamu adukan hal ini, ya. Nikotin dan kolesterol, dua hal yang paling berarti bagi bapak setelah kalian berdua.

Kamu, tahu Aisa. Sewaktu ibumu masih belum menyadari takdir kami, sewaktu kamu masih di alam ruh tanpa tahu bagaimana manis pahitnya kehidupan dunia, bapak selalu bertanya-tanya, apakah kelak kamu akan bangga dengan bapak. Apakah kamu akan membandingkannya dengan ayah tetangga? Dengan Budi Dharma? Dengan John Lennon? Dengan Jimmy Maruli Alfian? Dengan ... Ahmad Dhani sekalipun?

Aisa, sayang. Bapak mungkin bukan siapa-siapa dibandingkan mereka. Tapi, sewaktu kamu membaca catatan ini, ada satu hal yang sangat bapak yakini.

Cuma bapak yang bisa menghiasi rumah kita dengan penuh tawa.

Rabu, 15 Oktober 2008

Bram, oh, Bram...


Tepat sewaktu pulang kantor, HP saya bergetar tanda masuknya panggilan. Sebaris nomor asing yang tidak saya kenal muncul di layar.

“ANDI!!”
“Ya, halo? Ini Siapa?”
“Cepe.”
“Iya, Cepe. Bagaimana?”
”Kamu belum telepon si Icha??!!”
“Belum, Pe.”
“Yeee. Kamu bagaimana, sih!! Dia tanya-tanya saya, kenapa belum kamu hubungi! Saya kan jadi malu, sudah kasih janji kamu mau hubungi dia!”
”Soalnya saya bingung mau hubungi dia apa. Saya belum kenal. Ngga tahu asal-usul, background, dan sebagaimya. Wajahnya pun masih misteri buat saya. Kamu kan tahu, saya benci film horor.”
“Ya, ajak kenalan, dong! Justru itu sebabnya saya kasih kamu nomor hapenya.”
”Saya ngga bisa ngajak kenalan, Cepe. Dalam masalah ini, saya sangat pemalu. Kalau saya bisa ngajak kenalan perempuan, saya pasti sudah jadi playboy.”
”Ya, belajar, dong! Telepon dia. Bilang aja, kamu temen Cepe.”
”Saya sudah belajar dari dulu-dulu. Ngga pernah bisa. Ibaratnya kuliah, saya sudah di D.O.”
”Ah, itu kan tergantung dosennya. Kamu selalu ketemu dengan guru yang salah. Saya yang ajarin kali ini. Ibarat dosen, saya ini sudah profesor penuh pengalaman.”
”Tapi, Pe. Masalahnya, saya sudah punya balon. Bakal calon. Sekiranya mengalir lancar, saya akan menikah tahun depan sebelum pemilihan umum.”
”Andi, itu masih lama. Perempuan yang sedang kita bicarakan ini siap menikah kapan kamu mau, kalau cocok dengan kamu.”
”Cepe, saya ngga peduli. Saya ngga mau kehilangan bakal calon saya yang sangat berharga. Dia perempuan pintar menawar, sabar mengajar, tabah penemuan, cantik juwita, cerdik cendikia, keibuan dan soleh solehah. Dia orang yang saya cari-cari selama ini. Kamu kan tahu, saya selalu mencari jarum di tumpukan jerami.”
”Andi... kamu akan sangat menyesal kalau sampai menampik. Teman saya ini cantik sekali banget pisan! Mantap! Kamu kan tahu selera saya tidak pernah salah.”
...
...
”Cepe, nomor telepon Icha berapa? Kehapus.”
”08xxyyxxzzz.”
”Oke, saya akan kirim sms bang sms.”
“Bagus, Andi. Saya janji, kamu ngga akan menyesal. Reputasi saya yang dijadikan taruhannya.”

Klik.

Dengan terpaksa dan juga penasaran, demi hubungan baik saya dengan Cepe, maka saya kirim sms ke Neng Icha.

To: 08xxyyxxzzz
Ichaaaaa...!!! Gua mo merit, gilingan!! Hari Minggu siang di kologdam tanggal 26 okt. Datang yaaa... Awas kalo ngga! Tolong kasih tau temen-temen yang laen...
-Bram-





Maafkan saya, Cepe.
Maafkan saya, Icha.


Juga, Bram.


Bram, oh, Bram...


Tepat sewaktu pulang kantor, HP saya bergetar tanda masuknya panggilan. Sebaris nomor asing yang tidak saya kenal muncul di layar.

“ANDI!!”
“Ya, halo? Ini Siapa?”
“Cepe.”
“Iya, Cepe. Bagaimana?”
”Kamu belum telepon si Icha??!!”
“Belum, Pe.”
“Yeee. Kamu bagaimana, sih!! Dia tanya-tanya saya, kenapa belum kamu hubungi! Saya kan jadi malu, sudah kasih janji kamu mau hubungi dia!”
”Soalnya saya bingung mau hubungi dia apa. Saya belum kenal. Ngga tahu asal-usul, background, dan sebagaimya. Wajahnya pun masih misteri buat saya. Kamu kan tahu, saya benci film horor.”
“Ya, ajak kenalan, dong! Justru itu sebabnya saya kasih kamu nomor hapenya.”
”Saya ngga bisa ngajak kenalan, Cepe. Dalam masalah ini, saya sangat pemalu. Kalau saya bisa ngajak kenalan perempuan, saya pasti sudah jadi playboy.”
”Ya, belajar, dong! Telepon dia. Bilang aja, kamu temen Cepe.”
”Saya sudah belajar dari dulu-dulu. Ngga pernah bisa. Ibaratnya kuliah, saya sudah di D.O.”
”Ah, itu kan tergantung dosennya. Kamu selalu ketemu dengan guru yang salah. Saya yang ajarin kali ini. Ibarat dosen, saya ini sudah profesor penuh pengalaman.”
”Tapi, Pe. Masalahnya, saya sudah punya balon. Bakal calon. Sekiranya mengalir lancar, saya akan menikah tahun depan sebelum pemilihan umum.”
”Andi, itu masih lama. Perempuan yang sedang kita bicarakan ini siap menikah kapan kamu mau, kalau cocok dengan kamu.”
”Cepe, saya ngga peduli. Saya ngga mau kehilangan bakal calon saya yang sangat berharga. Dia perempuan pintar menawar, sabar mengajar, tabah penemuan, cantik juwita, cerdik cendikia, keibuan dan soleh solehah. Dia orang yang saya cari-cari selama ini. Kamu kan tahu, saya selalu mencari jarum di tumpukan jerami.”
”Andi... kamu akan sangat menyesal kalau sampai menampik. Teman saya ini cantik sekali banget pisan! Mantap! Kamu kan tahu selera saya tidak pernah salah.”
...
...
”Cepe, nomor telepon Icha berapa? Kehapus.”
”08xxyyxxzzz.”
”Oke, saya akan kirim sms bang sms.”
“Bagus, Andi. Saya janji, kamu ngga akan menyesal. Reputasi saya yang dijadikan taruhannya.”

Klik.

Dengan terpaksa dan juga penasaran, demi hubungan baik saya dengan Cepe, maka saya kirim sms ke Neng Icha.

To: 08xxyyxxzzz
Ichaaaaa...!!! Gua mo merit, gilingan!! Hari Minggu siang di kologdam tanggal 26 okt. Datang yaaa... Awas kalo ngga! Tolong kasih tau temen-temen yang laen...
-Bram-





Maafkan saya, Cepe.
Maafkan saya, Icha.


Juga, Bram.


Senin, 13 Oktober 2008

Do You Want to Know a Secret?

Sudah lebih dari 2 bulan, tivi tidak saya nyalakan. Tidak ada berita yang saya tonton. Tidak ada gosip, sinetron, ceramah pagi ataupun mtv. Juga tidak ada koran yang saya baca. Tivi saya berdebu sangat tebal, seperti fosil tua yang baru ditemukan.
Lalu di kantor, dalam kurun waktu kurang dari satu minggu, rentetan peristiwa baru saya dengar dari selintas obrolan.

"Amerika resesi. Pasar saham dunia turun."
"Puluhan orang jadi korban miras oplosan di Indramayu."
"Rupiah semakin melemah."
"Exxon berusaha mendapatkan sumur minyak."
"BCL menikah bulan November."
"Badawi siap diganti."

Ah. Kemana saja saya selama ini?
Ya, saya sedang sibuk dengan dunia saya sendiri. Jangan tanya apa yang saya sibukkan. Tidak. Saya tidak akan bilang meski dipaksa, disiksa dan diancam.
Kecuali jika dirayu.
Atau dipuji.

....

Apa? Saya cowok banget?

...
...

Ah, pujian. Saya suka itu.
Baiklah, akan saya beri tahu.

Biasa. Ini lagu lama.
Lagu yang disenandungkan sejak dahulu kala. Sejak Adam menerima kabar Tuhan akan menciptakan pasangannya. Sejak San Pek betemu Eng Tay, Lennon bertemu Yoko, Paul bertemu Linda, Xu Xian bertemu Bai SuZhen. Tapi bukan lagu yang dinyanyikan Harry ketika bertemu Sally.


Ya. Saya sedang jatuh.
Jatuh miskin.

Investasi jutaan dollar yang saya tanamkan pada Lehman Brothers lenyap tak berbekas. Saya sempat dirawat lama di rumah sakit akibat meminum bir yang telah dioplos dengan autan. Rupiah yang saya simpan di bank pun tidak cukup membeli dollar, padahal saya sudah berjanji pada seseorang untuk membangun sebuah pondok untuknya di tepi Lake Tahoe. Tanah saya di Cepu terpaksa digusur karena terlalu berminyak untuk ditanami kangkung. Dan baru-baru ini saya dibuat patah hati oleh si sialan Ashraf Sinclair. Ingin sekali saya ke Malaysia untuk menghajarnya, tapi dengar-dengar dia hendak dijadikan perdana menteri mengganti Badawi.

SIALAN!!


Hey, kamu. Iya, kamu yang di sana.
Ulurkan tangan kamu. Saya sedang terjatuh.


“Nobody knows it, but you've got a secret smile, and you use it only for me.”
[Anonymous]

Do You Want to Know a Secret?

Sudah lebih dari 2 bulan, tivi tidak saya nyalakan. Tidak ada berita yang saya tonton. Tidak ada gosip, sinetron, ceramah pagi ataupun mtv. Juga tidak ada koran yang saya baca. Tivi saya berdebu sangat tebal, seperti fosil tua yang baru ditemukan.
Lalu di kantor, dalam kurun waktu kurang dari satu minggu, rentetan peristiwa baru saya dengar dari selintas obrolan.

"Amerika resesi. Pasar saham dunia turun."
"Puluhan orang jadi korban miras oplosan di Indramayu."
"Rupiah semakin melemah."
"Exxon berusaha mendapatkan sumur minyak."
"BCL menikah bulan November."
"Badawi siap diganti."

Ah. Kemana saja saya selama ini?
Ya, saya sedang sibuk dengan dunia saya sendiri. Jangan tanya apa yang saya sibukkan. Tidak. Saya tidak akan bilang meski dipaksa, disiksa dan diancam.
Kecuali jika dirayu.
Atau dipuji.

....

Apa? Saya cowok banget?

...
...

Ah, pujian. Saya suka itu.
Baiklah, akan saya beri tahu.

Biasa. Ini lagu lama.
Lagu yang disenandungkan sejak dahulu kala. Sejak Adam menerima kabar Tuhan akan menciptakan pasangannya. Sejak San Pek betemu Eng Tay, Lennon bertemu Yoko, Paul bertemu Linda, Xu Xian bertemu Bai SuZhen. Tapi bukan lagu yang dinyanyikan Harry ketika bertemu Sally.


Ya. Saya sedang jatuh.
Jatuh miskin.

Investasi jutaan dollar yang saya tanamkan pada Lehman Brothers lenyap tak berbekas. Saya sempat dirawat lama di rumah sakit akibat meminum bir yang telah dioplos dengan autan. Rupiah yang saya simpan di bank pun tidak cukup membeli dollar, padahal saya sudah berjanji pada seseorang untuk membangun sebuah pondok untuknya di tepi Lake Tahoe. Tanah saya di Cepu terpaksa digusur karena terlalu berminyak untuk ditanami kangkung. Dan baru-baru ini saya dibuat patah hati oleh si sialan Ashraf Sinclair. Ingin sekali saya ke Malaysia untuk menghajarnya, tapi dengar-dengar dia hendak dijadikan perdana menteri mengganti Badawi.

SIALAN!!


Hey, kamu. Iya, kamu yang di sana.
Ulurkan tangan kamu. Saya sedang terjatuh.


“Nobody knows it, but you've got a secret smile, and you use it only for me.”
[Anonymous]

Jumat, 10 Oktober 2008

Surat Terbuka


Wahai Agen Asuransi 007
yang saya hormati
di mana saja berada


Melalui surat ini saya beritahukan bahwa dengan sangat menyesal saya, a.k.a Andi Eriawan, tidak akan mengikuti program yang kalian tawarkan. Berikut di bawah ini adalah catatan panjang yang memuat berbagai alasan dan argumentasi mengapa saya menolak untuk bergabung. Karena itu, saya harap surat ini dibaca dengan ditemani segelas kopi kental. Semoga jawaban saya memuaskan dan hubungan kita tetap berteman.

Kamu bilang bahwa jika saya mati, pewaris saya dijamin mendapatkan santunan ratusan juta rupiah.
Lalu saya balik tanya, kalau saya mengikuti program asuransi jiwa ini, setelah saya mati apakah saya dijamin masuk sorga? Kamu jawab tidak.

Kamu bilang bahwa di usia tujuh puluh nanti, saya akan mendapatkan 1 milyar lebih sebagai hasil investasi.
Lalu saya tanya, di usia tujuhpuluh, apa yang bisa saya nikmati dengan uang itu? Kamu diam saja.

Kamu juga bilang bahwa jika saya tidak mengikuti asuransi pendidikan ini, saya akan kerepotan dengan biaya pendidikan anak-anak saya kelak.
Saya beri tahu kamu bahwa, jika diberi kesempatan memiliki anak-anak, saya berencana untuk menyekolahkan mereka ke sekolah-sekolah paling murah. Ke sekolah di mana mereka merasa malu karena uang jajannya paling besar dibandingkan teman-temannya, bukan sekolah di mana mereka malu karena uang jajannya lebih kecil. Ke sekolah di mana mereka merasa malu diantar mobil, bukan ke sekolah di mana mereka merasa malu karena mobilnya butut.

Kamu tanya, apakah saya tidak khawatir mereka tidak sepintar dan sejenius ayahnya?
Saya jawab bahwa saya sama sekali tidak khawatir karena saya sendiri yang akan mengajari mereka di rumah. Memangnya ada guru yang lebih baik dari saya? Meski itu sekolah swasta paling mahal sekalipun?? Meski sekolah yang siswanya sudah menggunakan laptop di kelas hanya untuk pelajaran 'a i u', anak-anak saya akan jauh lebih pintar dari mereka semua. Wong, saya adalah guru bagi anak-anak saya.

Bagaimana dengan biaya kuliah mereka?
Saya akan memberi kesempatan seluas-luasnya pada mereka. Mereka boleh kuliah di mana saja. Kuliah subuh, kuliah tujuh menit, kuliah di negeri, swasta, negeri asing. Asal biaya sendiri. Kalau saya ada uang sisa, mereka boleh meminjamnya.

Kamu tanya, kalau saya mati, apa yang akan saya wariskan jika tidak ada asuransi jiwa?
Saya jawab, saya akan wariskan kepada anak-anak saya intelejensi, daya tarik, sifat ksatria, kesabaran, cinta sesama, kesederhanaan, keceriaan, pandangan hidup yang kokoh, murah senyum, mata yang berbinar-binar dan hati yang begitu besar untuk dibagikan pada semua orang.

Kamu bilang lagi bahwa premi asuransi investasi yang ditawarkan begitu ringan.
Iya, saya akui. Tapi yang ringan-ringan itu sangat berat bagi mereka, mereka yang tidak mampu sekolah. Tidak mampu beli buku. Tidak mampu menyiapkan makanan untuk besok. Maka, yang bagi saya ringan-ringan itu, lebih baik saya investasikan pada mereka saja. Investasi tersebut menjaminkan saya masuk sorga setelah saya mati. Bunga investasinya pun menarik: minimal 1000%. Jumlah preminya terserah saya, semampunya.

Bagaimana dengan biaya rumah sakit jika kamu sakit? Anak istri sakit?
Akan saya bawa ke uskun. Ustadz dukun.

Surat Terbuka


Wahai Agen Asuransi 007
yang saya hormati
di mana saja berada


Melalui surat ini saya beritahukan bahwa dengan sangat menyesal saya, a.k.a Andi Eriawan, tidak akan mengikuti program yang kalian tawarkan. Berikut di bawah ini adalah catatan panjang yang memuat berbagai alasan dan argumentasi mengapa saya menolak untuk bergabung. Karena itu, saya harap surat ini dibaca dengan ditemani segelas kopi kental. Semoga jawaban saya memuaskan dan hubungan kita tetap berteman.

Kamu bilang bahwa jika saya mati, pewaris saya dijamin mendapatkan santunan ratusan juta rupiah.
Lalu saya balik tanya, kalau saya mengikuti program asuransi jiwa ini, setelah saya mati apakah saya dijamin masuk sorga? Kamu jawab tidak.

Kamu bilang bahwa di usia tujuh puluh nanti, saya akan mendapatkan 1 milyar lebih sebagai hasil investasi.
Lalu saya tanya, di usia tujuhpuluh, apa yang bisa saya nikmati dengan uang itu? Kamu diam saja.

Kamu juga bilang bahwa jika saya tidak mengikuti asuransi pendidikan ini, saya akan kerepotan dengan biaya pendidikan anak-anak saya kelak.
Saya beri tahu kamu bahwa, jika diberi kesempatan memiliki anak-anak, saya berencana untuk menyekolahkan mereka ke sekolah-sekolah paling murah. Ke sekolah di mana mereka merasa malu karena uang jajannya paling besar dibandingkan teman-temannya, bukan sekolah di mana mereka malu karena uang jajannya lebih kecil. Ke sekolah di mana mereka merasa malu diantar mobil, bukan ke sekolah di mana mereka merasa malu karena mobilnya butut.

Kamu tanya, apakah saya tidak khawatir mereka tidak sepintar dan sejenius ayahnya?
Saya jawab bahwa saya sama sekali tidak khawatir karena saya sendiri yang akan mengajari mereka di rumah. Memangnya ada guru yang lebih baik dari saya? Meski itu sekolah swasta paling mahal sekalipun?? Meski sekolah yang siswanya sudah menggunakan laptop di kelas hanya untuk pelajaran 'a i u', anak-anak saya akan jauh lebih pintar dari mereka semua. Wong, saya adalah guru bagi anak-anak saya.

Bagaimana dengan biaya kuliah mereka?
Saya akan memberi kesempatan seluas-luasnya pada mereka. Mereka boleh kuliah di mana saja. Kuliah subuh, kuliah tujuh menit, kuliah di negeri, swasta, negeri asing. Asal biaya sendiri. Kalau saya ada uang sisa, mereka boleh meminjamnya.

Kamu tanya, kalau saya mati, apa yang akan saya wariskan jika tidak ada asuransi jiwa?
Saya jawab, saya akan wariskan kepada anak-anak saya intelejensi, daya tarik, sifat ksatria, kesabaran, cinta sesama, kesederhanaan, keceriaan, pandangan hidup yang kokoh, murah senyum, mata yang berbinar-binar dan hati yang begitu besar untuk dibagikan pada semua orang.

Kamu bilang lagi bahwa premi asuransi investasi yang ditawarkan begitu ringan.
Iya, saya akui. Tapi yang ringan-ringan itu sangat berat bagi mereka, mereka yang tidak mampu sekolah. Tidak mampu beli buku. Tidak mampu menyiapkan makanan untuk besok. Maka, yang bagi saya ringan-ringan itu, lebih baik saya investasikan pada mereka saja. Investasi tersebut menjaminkan saya masuk sorga setelah saya mati. Bunga investasinya pun menarik: minimal 1000%. Jumlah preminya terserah saya, semampunya.

Bagaimana dengan biaya rumah sakit jika kamu sakit? Anak istri sakit?
Akan saya bawa ke uskun. Ustadz dukun.

Rabu, 08 Oktober 2008

Penuaan Dini



Beberapa hari yang lalu, saya berulang tahun.
Saya bertambah tua
Tubuh semakin membungkuk
Perut membuncit
Uban di mana-mana
Rambut menipis
Keriput di tiap sudut
Pandangan semakin mengabur
Syukurnya,
Gairah sex justru meningkat tajam

Seperti tahun lalu, kawan-kawan mengirimkan ucapan selamat
dan sama dengan tahun-tahun sebelumnya
berdoa agar saya segera menikah

Saya jawab dalam hati,
"Iman kalian coba periksa. Doanya belum terkabulkan juga."

Ya, Allah. Ya, Robbi.
Limpahkan rezeki kepada mereka
Agar amplop yang mereka berikan
Pada pernikahan saya tahun depan
SANGAT TEBAL

"It takes a long time to grow young..."
[Pablo Picaso]

Penuaan Dini



Beberapa hari yang lalu, saya berulang tahun.
Saya bertambah tua
Tubuh semakin membungkuk
Perut membuncit
Uban di mana-mana
Rambut menipis
Keriput di tiap sudut
Pandangan semakin mengabur
Syukurnya,
Gairah sex justru meningkat tajam

Seperti tahun lalu, kawan-kawan mengirimkan ucapan selamat
dan sama dengan tahun-tahun sebelumnya
berdoa agar saya segera menikah

Saya jawab dalam hati,
"Iman kalian coba periksa. Doanya belum terkabulkan juga."

Ya, Allah. Ya, Robbi.
Limpahkan rezeki kepada mereka
Agar amplop yang mereka berikan
Pada pernikahan saya tahun depan
SANGAT TEBAL

"It takes a long time to grow young..."
[Pablo Picaso]

Minggu, 05 Oktober 2008

Putriku, Aisa (2)




Aisa, sayang.
Besok bapak berulang tahun. Kado apa yang sudah kamu siapkan? Bapak harap kado kamu tidak seperti yang selama ini ibumu berikan. Seleranya aneh. Waktu ulang tahun ke-22, masa bapak dihadiahi boneka? Setahun kemudian, bapak menerima cd lagu padahal bapak ngga punya mesin pemutarnya. Lalu ada sebatang cokelat yang menyebabkan bapak tumbuh lima jerawat. Salah satunya di pantat. Pernah juga bapak menerima novel Harry Potter 2, sedangkan nomor pertamanya belum bapak baca. Tapi, sayang, jangan pernah ceritakan ini pada ibumu. ya. Bagaimana lagi. Bapak tetap suka dengan yang gratis-gratis.

Aisa Adinda Kita.
Sejujurnya, sejak kemarin malam bapak sedang kesal sekali. Sangat kesal. Kamu tahu siapa penyebabnya? Ibumu. Tidak, tenang, Aisa. Bapak tetap cinta dan setia. Akh, kamu pasti akan kesulitan untuk mengerti hubungan kami. Nanti, setelah tiba waktunya kamu akan mengerti. Karena itu, tadi malam bapak mencari pelampiasan. Kamu tahu, Aisa, apa yang bapak lakukan jika sedang kesal? Makan. Tidak. Bukan sembarang makan. Yang bapak makan adalah makanan mahal, kurang enak dan tidak kenyang.

Karena itu, sayang, jika kelak kamu menikah dengan seseorang, pastikan lelaki itu tahan iman menghadapi segala sikapmu. Jika tidak, anak-anakmu seperti kamu jadinya. Kamu terpaksa disekolahkan di sekolah yang murah biaya. Bagaimana lagi. Tabungan bapak banyak dihabiskan di restoran-restoran.

Putriku, Aisa (2)




Aisa, sayang.
Besok bapak berulang tahun. Kado apa yang sudah kamu siapkan? Bapak harap kado kamu tidak seperti yang selama ini ibumu berikan. Seleranya aneh. Waktu ulang tahun ke-22, masa bapak dihadiahi boneka? Setahun kemudian, bapak menerima cd lagu padahal bapak ngga punya mesin pemutarnya. Lalu ada sebatang cokelat yang menyebabkan bapak tumbuh lima jerawat. Salah satunya di pantat. Pernah juga bapak menerima novel Harry Potter 2, sedangkan nomor pertamanya belum bapak baca. Tapi, sayang, jangan pernah ceritakan ini pada ibumu. ya. Bagaimana lagi. Bapak tetap suka dengan yang gratis-gratis.

Aisa Adinda Kita.
Sejujurnya, sejak kemarin malam bapak sedang kesal sekali. Sangat kesal. Kamu tahu siapa penyebabnya? Ibumu. Tidak, tenang, Aisa. Bapak tetap cinta dan setia. Akh, kamu pasti akan kesulitan untuk mengerti hubungan kami. Nanti, setelah tiba waktunya kamu akan mengerti. Karena itu, tadi malam bapak mencari pelampiasan. Kamu tahu, Aisa, apa yang bapak lakukan jika sedang kesal? Makan. Tidak. Bukan sembarang makan. Yang bapak makan adalah makanan mahal, kurang enak dan tidak kenyang.

Karena itu, sayang, jika kelak kamu menikah dengan seseorang, pastikan lelaki itu tahan iman menghadapi segala sikapmu. Jika tidak, anak-anakmu seperti kamu jadinya. Kamu terpaksa disekolahkan di sekolah yang murah biaya. Bagaimana lagi. Tabungan bapak banyak dihabiskan di restoran-restoran.

Jumat, 03 Oktober 2008

Sleepless




Tadi malam saya ngga bisa tidur. Bukan. Bukan karena mikirin kamu. Tapi, karena kamar saya ngga rapi. Itu aja.

"Life is something that happens when you can't get to sleep."
[Fran Lebowitz
]

Sleepless




Tadi malam saya ngga bisa tidur. Bukan. Bukan karena mikirin kamu. Tapi, karena kamar saya ngga rapi. Itu aja.

"Life is something that happens when you can't get to sleep."
[Fran Lebowitz
]

White Flag

tiba-tiba
kamu mengajak kita melihat laut bersama
sialan
apakah kamu tidak tahu
cuaca memburuk akhir-akhir ini
angin bertiup kencang menerbangkan apa saja
ombak pasang hingga beberapa meter tingginya
nelayan saja sampai terhalang mencari nafkah
dan kapal-kapal laut terpaksa ditambatkan di dermaga


hey, kamu
perempuan yang pernah kuceritakan pada dunia
semua telah usai
segala telah usang
bendera putih sudah cukup lama dikibarkan
aku telah lama menyerah

peperangan ini
kamu pemenangnya

White Flag

tiba-tiba
kamu mengajak kita melihat laut bersama
sialan
apakah kamu tidak tahu
cuaca memburuk akhir-akhir ini
angin bertiup kencang menerbangkan apa saja
ombak pasang hingga beberapa meter tingginya
nelayan saja sampai terhalang mencari nafkah
dan kapal-kapal laut terpaksa ditambatkan di dermaga


hey, kamu
perempuan yang pernah kuceritakan pada dunia
semua telah usai
segala telah usang
bendera putih sudah cukup lama dikibarkan
aku telah lama menyerah

peperangan ini
kamu pemenangnya

Kamis, 02 Oktober 2008

Minal Minul

Sampailah saya pada bagian yang paling menyebalkan dalam berlebaran, yaitu memaafkan. Tiba-tiba saja saya dituntut untuk memberi maaf pada mereka. Kesalahan segunung, minta dihapus dengan modal sms di bawah seratus perak. Itu pun tanpa menyebutkan nama saya, menandakan sms tersebut dikirim secara massal ke banyak orang.

Saya... seorang saya... mereka sama ratakan dengan lainnya?

Termasuk kamu, yang tiba-tiba muncul di malam buta. Minta maaf saja tidak cukup. Apalagi sampai minta oleh-oleh.

Huh!

Jika memaafkan semudah mengirim sms, tentu para polisi, jaksa penuntut, hakim, satpam dan hansip akan berubah profesi menjadi penjual voucher pulsa. Dan para penjual voucher pulsa akan merajalela di mana-mana.

Minal minul wal paijul
Mohon mangap lebar-lebar

Semoga bla bla bla


Kosong-kosong, ya..

"I'm sorry I can't help myself, I'm in love with you.”
[anonymous]

Minal Minul

Sampailah saya pada bagian yang paling menyebalkan dalam berlebaran, yaitu memaafkan. Tiba-tiba saja saya dituntut untuk memberi maaf pada mereka. Kesalahan segunung, minta dihapus dengan modal sms di bawah seratus perak. Itu pun tanpa menyebutkan nama saya, menandakan sms tersebut dikirim secara massal ke banyak orang.

Saya... seorang saya... mereka sama ratakan dengan lainnya?

Termasuk kamu, yang tiba-tiba muncul di malam buta. Minta maaf saja tidak cukup. Apalagi sampai minta oleh-oleh.

Huh!

Jika memaafkan semudah mengirim sms, tentu para polisi, jaksa penuntut, hakim, satpam dan hansip akan berubah profesi menjadi penjual voucher pulsa. Dan para penjual voucher pulsa akan merajalela di mana-mana.

Minal minul wal paijul
Mohon mangap lebar-lebar

Semoga bla bla bla


Kosong-kosong, ya..

"I'm sorry I can't help myself, I'm in love with you.”
[anonymous]