Selasa, 22 Januari 2008

Seven Years Old Children Question

SAYA berani bertaruh berapa saja bahwa Anda merupakan salah satu dari empatpuluh juta pengguna ponsel di Indonesia, baik ponsel berbasis GSM maupun CDMA. Namun, pastinya, Anda juga merupakan salah satu dari tigapuluh sembilan juta pengguna ponsel yang tidak mengerti apa itu GSM dan CDMA serta perbedaan keduanya. Bahkan Anda tidak akan sanggup menjawab pertanyaan anak kelas satu SD mengapa layanan operator berbasis CDMA jauh lebih murah dibandingkan layanan operator berbasis GSM. Apalagi, kemungkinan besar, Anda memiliki dua buah ponsel sekaligus dengan masing-masing layanan tersebut. Ah, betapa tidak istimewanya Anda.

Jika apa yang saya nyatakan itu benar, maka segera matikan komputer Anda saat ini juga, lalu pulang ke rumah orangtua dan meminta maaf pada mereka karena Anda ternyata tidak sungguh-sungguh belajar di masa sekolah dulu, minim curiosity, dan tidak memiliki pembendaharaan ilmu yang luas.

Tapi bila pernyataan saya di atas Anda anggap keliru, maka segera matikan komputer Anda, pulang ke rumah orangtua dan meminta maaf pada mereka karena Anda telah bersikap sok tahu, sok tahu dan sok tahu.

Ada hal yang patut Anda pahami bahwa bumi, air dan kekayaan alam lainnya yang menyangkut hidup orang banyak dikuasai oleh negara, termasuk gelombang atau sinyal. Kemudian, pemerintah menjualnya melalui tender pada pihak swasta—meski berkat kemurahan mereka, kita bebas menggunakan sinyal IR dan Bluetooth.

Gelombang, atau sinyal, dapat diibaratkan sebagai sebuah jalan dengan lebar tertentu. Sedangkan data yang terkirim, misalnya percakapan, diibaratkan sebagai kendaraan. Gelombang radio frekuensi rendah yang banyak digunakan oleh stasiun radio dan alat komunikasi walkie-talkie, diibaratkan sebagai jalan satu jalur atau one way. Artinya, pada waktu yang sama, data yang dapat terkirim via gelombang ini hanya dapat dilakukan dari dan menuju satu arah. Contoh: dua polisi atau lebih harus berbicara bergantian via radio mereka.

Berbeda dengan gelombang atau sinyal ponsel standard GSM (Global System for Mobile communications). Dengan menggunakan teknik transmisi TDMA—dimana cukup para mahasiswa elektro dan teman-temannya yang berkacamata semua saja yang tahu tentang teknik tersebut—gelombang radio frekuensi tinggi ini (900 dan 1800 MHz) dapat diibaratkan sebagai sebuah jalan dengan jalur dua arah, di mana data dapat lalu-lalang dari arah berlawanan dalam waktu bersamaan. Itulah yang memungkinkan Anda dan pasangan berdebat kusir via ponsel kalian.

Sebagai sebuah jalan, gelombang tentu memiliki ruang, space, daya muat atau bandwith tertentu. Layaknya jalanan macet karena jumlah kendaraan berlebih, gelombang pun dapat mengalami overload. Hal tersebut menyebabkan sinyal sibuk dan putus-putus di malam Natal, tahun baru dan Lebaran, di mana berjuta orang menggunakan ponsel mereka dalam waktu bersamaan.

Namun, gelombang atau sinyal berbasis teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) memungkinkan jumlah data atau percakapan yang ter-cover menjadi lebih besar lagi. Dengan metode pengkodean unik pada data terkirim—bahkan mahasiswa elektro tidak banyak yang mengerti benar teknik tersebut, gelombang ini dapat diibaratkan sebagai jalan bertingkat sehingga jumlah kendaraan pada jalur yang sama dapat lebih dari satu. Artinya, ketika dua orang sedang melakukan percakapan via ponsel, pada waktu bersamaan, bisa saja terdapat beberapa percakapan lain di line mereka.

Selain itu, dominan operator gelombang berbasis CDMA di Indonesia bekerja pada frekuensi 800 MHZ, lebih rendah daripada gelombang standard GSM, sehingga area yang dapat ter-cover akan lebih luas lagi. Dengan demikian, untuk meng-cover suatu area yang sama, jumlah pemancar (BTS) yang dibutuhkan suatu operator ponsel bebasis CDMA akan lebih sedikit dibandingkan operator ponsel standard GSM. So, operational cost berkurang.

Selain itu semua, tentu saja: promosi. Wong, operator berbasis CDMA relatif baru dibandingkan operator GSM.

Bagaimana? Semakin bingung? Saya mengaku iya.

(taken from http://isinspiration.com)

Seven Years Old Children Question

SAYA berani bertaruh berapa saja bahwa Anda merupakan salah satu dari empatpuluh juta pengguna ponsel di Indonesia, baik ponsel berbasis GSM maupun CDMA. Namun, pastinya, Anda juga merupakan salah satu dari tigapuluh sembilan juta pengguna ponsel yang tidak mengerti apa itu GSM dan CDMA serta perbedaan keduanya. Bahkan Anda tidak akan sanggup menjawab pertanyaan anak kelas satu SD mengapa layanan operator berbasis CDMA jauh lebih murah dibandingkan layanan operator berbasis GSM. Apalagi, kemungkinan besar, Anda memiliki dua buah ponsel sekaligus dengan masing-masing layanan tersebut. Ah, betapa tidak istimewanya Anda.

Jika apa yang saya nyatakan itu benar, maka segera matikan komputer Anda saat ini juga, lalu pulang ke rumah orangtua dan meminta maaf pada mereka karena Anda ternyata tidak sungguh-sungguh belajar di masa sekolah dulu, minim curiosity, dan tidak memiliki pembendaharaan ilmu yang luas.

Tapi bila pernyataan saya di atas Anda anggap keliru, maka segera matikan komputer Anda, pulang ke rumah orangtua dan meminta maaf pada mereka karena Anda telah bersikap sok tahu, sok tahu dan sok tahu.

Ada hal yang patut Anda pahami bahwa bumi, air dan kekayaan alam lainnya yang menyangkut hidup orang banyak dikuasai oleh negara, termasuk gelombang atau sinyal. Kemudian, pemerintah menjualnya melalui tender pada pihak swasta—meski berkat kemurahan mereka, kita bebas menggunakan sinyal IR dan Bluetooth.

Gelombang, atau sinyal, dapat diibaratkan sebagai sebuah jalan dengan lebar tertentu. Sedangkan data yang terkirim, misalnya percakapan, diibaratkan sebagai kendaraan. Gelombang radio frekuensi rendah yang banyak digunakan oleh stasiun radio dan alat komunikasi walkie-talkie, diibaratkan sebagai jalan satu jalur atau one way. Artinya, pada waktu yang sama, data yang dapat terkirim via gelombang ini hanya dapat dilakukan dari dan menuju satu arah. Contoh: dua polisi atau lebih harus berbicara bergantian via radio mereka.

Berbeda dengan gelombang atau sinyal ponsel standard GSM (Global System for Mobile communications). Dengan menggunakan teknik transmisi TDMA—dimana cukup para mahasiswa elektro dan teman-temannya yang berkacamata semua saja yang tahu tentang teknik tersebut—gelombang radio frekuensi tinggi ini (900 dan 1800 MHz) dapat diibaratkan sebagai sebuah jalan dengan jalur dua arah, di mana data dapat lalu-lalang dari arah berlawanan dalam waktu bersamaan. Itulah yang memungkinkan Anda dan pasangan berdebat kusir via ponsel kalian.

Sebagai sebuah jalan, gelombang tentu memiliki ruang, space, daya muat atau bandwith tertentu. Layaknya jalanan macet karena jumlah kendaraan berlebih, gelombang pun dapat mengalami overload. Hal tersebut menyebabkan sinyal sibuk dan putus-putus di malam Natal, tahun baru dan Lebaran, di mana berjuta orang menggunakan ponsel mereka dalam waktu bersamaan.

Namun, gelombang atau sinyal berbasis teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) memungkinkan jumlah data atau percakapan yang ter-cover menjadi lebih besar lagi. Dengan metode pengkodean unik pada data terkirim—bahkan mahasiswa elektro tidak banyak yang mengerti benar teknik tersebut, gelombang ini dapat diibaratkan sebagai jalan bertingkat sehingga jumlah kendaraan pada jalur yang sama dapat lebih dari satu. Artinya, ketika dua orang sedang melakukan percakapan via ponsel, pada waktu bersamaan, bisa saja terdapat beberapa percakapan lain di line mereka.

Selain itu, dominan operator gelombang berbasis CDMA di Indonesia bekerja pada frekuensi 800 MHZ, lebih rendah daripada gelombang standard GSM, sehingga area yang dapat ter-cover akan lebih luas lagi. Dengan demikian, untuk meng-cover suatu area yang sama, jumlah pemancar (BTS) yang dibutuhkan suatu operator ponsel bebasis CDMA akan lebih sedikit dibandingkan operator ponsel standard GSM. So, operational cost berkurang.

Selain itu semua, tentu saja: promosi. Wong, operator berbasis CDMA relatif baru dibandingkan operator GSM.

Bagaimana? Semakin bingung? Saya mengaku iya.

(taken from http://isinspiration.com)