Rabu, 26 September 2007

merindukan


ada yang benar-benar
sulit terhapus dari ingatan
namamu,
dan begitu banyak peristiwa
di mana kita berada di dalamnya
tak peduli
berapa lama waktu berlalu

atau jejak-jejak kaki
yang t'lah mengering
lalu terbawa angin

pernahkah kukatakan
bahwa aku mencintaimu?
tidak,
karena aku membenci
kata yang diucapkan banyak orang itu
tapi,
bolehlah kuakui
bahwa aku merindukanmu

ya,
aku merindukanmu

karena ada yang benar-benar

sulit kutemukan

kembaranmu,
dan tempat-tempat
dimana bayangmu
tak mengikuti

merindukan


ada yang benar-benar
sulit terhapus dari ingatan
namamu,
dan begitu banyak peristiwa
di mana kita berada di dalamnya
tak peduli
berapa lama waktu berlalu

atau jejak-jejak kaki
yang t'lah mengering
lalu terbawa angin

pernahkah kukatakan
bahwa aku mencintaimu?
tidak,
karena aku membenci
kata yang diucapkan banyak orang itu
tapi,
bolehlah kuakui
bahwa aku merindukanmu

ya,
aku merindukanmu

karena ada yang benar-benar

sulit kutemukan

kembaranmu,
dan tempat-tempat
dimana bayangmu
tak mengikuti

Sabtu, 01 September 2007

Pentingkah Sebuah Cita-cita?

Pentingkah sebuah cita-cita?

Bukan. Mengingat orang-orang seusia kita rata-rata sudah lama menyerah dengan cita-cita masa kanak-kanaknya, maka pertanyaan yang tepat adalah: Pentingkah menanyakan cita-cita anak-anak kita kelak?

Dahulu sekali, orangtua saya menanamkan suatu hal yang saya rasa begitu menajubkan: money follows you. Uanglah yang akan mengejar saya. Selama saya belajar, belajar dan belajar, berusaha, berusaha dan berusaha menjadi seseorang atau sesuatu dengan sungguh-sungguh, maka uang, gaji, penghasilan atau materi secara otomatis akan mengikuti saya.

Tapi kemudian yang terjadi adalah peperangan melawan arus zaman. Menjadi sesuatu atau seseorang saat ini adalah TIDAK PENTING. Bukan itu. Ada sebuah kekuatan yang maha dahsyat yang berhasil menanamkan rasa ketakutan pada diri banyak orang, termasuk saya. Cukupkah uang kita? Apakah kita sanggup mencicil rumah yang layak? Akankah kita sanggup membiayai anak-anak kuliah? Membayar biaya rumah sakit? Membeli mobil?

Jadi, jika anak-anak kita ingin menjadi dokter, tanamkan juga pada mereka untuk menjadi dokter di rumah sakit swasta terkenal. Jadilah dokter di RS Borromeaus, misalnya. Jika mereka ingin menjadi guru, ubah segera untuk menjadi dosen. Jika mereka ingin menjadi penyebar agama, ubah dari sekarang.

Karena pertanyaan orang-orang pada anak-anak kalian kelak akan selalu kembali pada: Bekerja di mana? Bukan: Mengerjakan apa?

Selama kesuksesan seseorang masih diukur dengan standard materi yang ia peroleh, maka cita-cita sudah tidak penting untuk ditanamkan pada anak-anak kita. Karena cita-cita adalah pendidikan moral, dan selama hal itu dikaitkan dengan materi, maka hanya akan mendidik mereka menjadi orang-orang materialistis.

Seperti kita? Saya mengaku iya.

Sedikit.

Pentingkah Sebuah Cita-cita?

Pentingkah sebuah cita-cita?

Bukan. Mengingat orang-orang seusia kita rata-rata sudah lama menyerah dengan cita-cita masa kanak-kanaknya, maka pertanyaan yang tepat adalah: Pentingkah menanyakan cita-cita anak-anak kita kelak?

Dahulu sekali, orangtua saya menanamkan suatu hal yang saya rasa begitu menajubkan: money follows you. Uanglah yang akan mengejar saya. Selama saya belajar, belajar dan belajar, berusaha, berusaha dan berusaha menjadi seseorang atau sesuatu dengan sungguh-sungguh, maka uang, gaji, penghasilan atau materi secara otomatis akan mengikuti saya.

Tapi kemudian yang terjadi adalah peperangan melawan arus zaman. Menjadi sesuatu atau seseorang saat ini adalah TIDAK PENTING. Bukan itu. Ada sebuah kekuatan yang maha dahsyat yang berhasil menanamkan rasa ketakutan pada diri banyak orang, termasuk saya. Cukupkah uang kita? Apakah kita sanggup mencicil rumah yang layak? Akankah kita sanggup membiayai anak-anak kuliah? Membayar biaya rumah sakit? Membeli mobil?

Jadi, jika anak-anak kita ingin menjadi dokter, tanamkan juga pada mereka untuk menjadi dokter di rumah sakit swasta terkenal. Jadilah dokter di RS Borromeaus, misalnya. Jika mereka ingin menjadi guru, ubah segera untuk menjadi dosen. Jika mereka ingin menjadi penyebar agama, ubah dari sekarang.

Karena pertanyaan orang-orang pada anak-anak kalian kelak akan selalu kembali pada: Bekerja di mana? Bukan: Mengerjakan apa?

Selama kesuksesan seseorang masih diukur dengan standard materi yang ia peroleh, maka cita-cita sudah tidak penting untuk ditanamkan pada anak-anak kita. Karena cita-cita adalah pendidikan moral, dan selama hal itu dikaitkan dengan materi, maka hanya akan mendidik mereka menjadi orang-orang materialistis.

Seperti kita? Saya mengaku iya.

Sedikit.