Jumat, 28 Desember 2007

Resolusi (lagi?)

Beberapa hari lagi saya akan menginjak tahun 2008. Berarti, ini adalah kali ke 29 saya menemui malam pergantian tahun. Cukup fantastis, menurut saya. Meski bukan angka cantik, tentunya. Diberi kesempatan berdiri di muka planet ini selama itu, apa saja yang sudah saya dapatkan? Prestasi apa saja yang sudah saya peroleh? Karya apa yang sudah saya ciptakan?

Tidak. Bukan. Salah pertanyaannya. Selama puluhan kali diberi kesempatan mengitari matahari, apa saja yang sudah saya berikan? Pada keluarga, teman, sahabat, lingkungan dan seluruh dunia? Bukankah, konon, manusia terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat?

Hmm. Jadi malu.

Patut saya akui, penghasilan materi saya masih sedikit. Tapi, apa yang sudah saya berikan jauh... jauh... jauh lebih sedikit lagi. Apalagi perhatian dan kasih sayang. Bukan hanya sekedar sedikit memberi, tapi ternyata saya malah sangat banyak menuntut. Menuntut dan meminta ini-itu serta 'a 'i 'u.

Semakin malu.

Tapi, tidak apalah. Toh, untuk seorang seperti saya, yang sejak kecil dibesarkan untuk menjadi orang paling sombong setelah Ahmad Dhani, tidak perlu merasa malu akan sesuatu yang tidak jelas.

Jadi, resolusi tahun 2008? Tidak perlu!

Ah... hebatnya gaung kata-kata itu.

Resolusi (lagi?)

Beberapa hari lagi saya akan menginjak tahun 2008. Berarti, ini adalah kali ke 29 saya menemui malam pergantian tahun. Cukup fantastis, menurut saya. Meski bukan angka cantik, tentunya. Diberi kesempatan berdiri di muka planet ini selama itu, apa saja yang sudah saya dapatkan? Prestasi apa saja yang sudah saya peroleh? Karya apa yang sudah saya ciptakan?

Tidak. Bukan. Salah pertanyaannya. Selama puluhan kali diberi kesempatan mengitari matahari, apa saja yang sudah saya berikan? Pada keluarga, teman, sahabat, lingkungan dan seluruh dunia? Bukankah, konon, manusia terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat?

Hmm. Jadi malu.

Patut saya akui, penghasilan materi saya masih sedikit. Tapi, apa yang sudah saya berikan jauh... jauh... jauh lebih sedikit lagi. Apalagi perhatian dan kasih sayang. Bukan hanya sekedar sedikit memberi, tapi ternyata saya malah sangat banyak menuntut. Menuntut dan meminta ini-itu serta 'a 'i 'u.

Semakin malu.

Tapi, tidak apalah. Toh, untuk seorang seperti saya, yang sejak kecil dibesarkan untuk menjadi orang paling sombong setelah Ahmad Dhani, tidak perlu merasa malu akan sesuatu yang tidak jelas.

Jadi, resolusi tahun 2008? Tidak perlu!

Ah... hebatnya gaung kata-kata itu.

Rabu, 26 Desember 2007

Gagal Maning

Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

Bukan. Mungkin yang lebih tepat adalah:

Kita mendapatkan pelajaran lebih banyak dari sebuah kegagalan dibandingkan lima keberhasilan.

Hmm. Tidak. Mungkin yang lebih bagus:

Setiap orang sukses pasti lebih banyak mengalami kegagalan dibandingkan jumlah keberhasilannya.

Yeah, rite.
Tetap saja, bagaimanapun, mengalami kegagalan itu pahit rasanya untuk waktu yang cukup lama.

Beberapa minggu yang lalu saya mengikuti seleksi penawaran beasiswa S2 jurusan Defense Management di ITB. Berbekal Indeks Prestasi paspasan, speaking English yang minim dan rasa percaya diri berlebih, saya diinterview selama limabelas menit. Cas cis cus dan wes wes wey.
Sayang, beberapa hari kemudian diumumkan bahwa saya unsuccessful, katanya.

Ada rasa seperti tertekan dada ini sewaktu menerima kabar tersebut. Juga rasa ngilu yang lumayan. Plus pegal-pegal. Saya termenung untuk beberapa saat, tidak sanggup bereaksi apa-apa. Karena sungguh, saya benar-benar ingin mendapatkan beasiswa ini.

Tapi, bukan Andi Eriawan namanya jika harus menyerah. Saat itu juga, melalui email, saya menghubungi salah satu panitia untuk menanyakan hal ihwal dan sebab-musabab kegagalan saya. Sekiranya mungkin saya masih dapat diberi kesempatan kedua. Siapa tahu, dengan menunjukkan kegigihan dapat terjadi keajaiban.

Tapi itu hanya ada di dalam novel, ternyata.

Defense management adalah cabang ilmu yang sangat menarik menurut saya. Lulusannya bisa menjadi Zu Ghe Liang, ahli siasat perang dalam Romance Three Kingdom, atau Machiavelli abad 21. Sekali lagi, menurut saya, keren sekali, bukan?

Selain itu, saya dan seorang teman sudah mereka-reka rencana sekiranya kami berdua diberi kesempatan kembali kuliah. Sudah terbayang dalam benak di mana kami kongkow-kongkow di lapang basket kampus sambil menikmati kafein dan nikotin. Ditambah pemandangan para mahasiswi.

Yah... sebenarnya hal ini yang paling utama.

Gagal Maning

Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

Bukan. Mungkin yang lebih tepat adalah:

Kita mendapatkan pelajaran lebih banyak dari sebuah kegagalan dibandingkan lima keberhasilan.

Hmm. Tidak. Mungkin yang lebih bagus:

Setiap orang sukses pasti lebih banyak mengalami kegagalan dibandingkan jumlah keberhasilannya.

Yeah, rite.
Tetap saja, bagaimanapun, mengalami kegagalan itu pahit rasanya untuk waktu yang cukup lama.

Beberapa minggu yang lalu saya mengikuti seleksi penawaran beasiswa S2 jurusan Defense Management di ITB. Berbekal Indeks Prestasi paspasan, speaking English yang minim dan rasa percaya diri berlebih, saya diinterview selama limabelas menit. Cas cis cus dan wes wes wey.
Sayang, beberapa hari kemudian diumumkan bahwa saya unsuccessful, katanya.

Ada rasa seperti tertekan dada ini sewaktu menerima kabar tersebut. Juga rasa ngilu yang lumayan. Plus pegal-pegal. Saya termenung untuk beberapa saat, tidak sanggup bereaksi apa-apa. Karena sungguh, saya benar-benar ingin mendapatkan beasiswa ini.

Tapi, bukan Andi Eriawan namanya jika harus menyerah. Saat itu juga, melalui email, saya menghubungi salah satu panitia untuk menanyakan hal ihwal dan sebab-musabab kegagalan saya. Sekiranya mungkin saya masih dapat diberi kesempatan kedua. Siapa tahu, dengan menunjukkan kegigihan dapat terjadi keajaiban.

Tapi itu hanya ada di dalam novel, ternyata.

Defense management adalah cabang ilmu yang sangat menarik menurut saya. Lulusannya bisa menjadi Zu Ghe Liang, ahli siasat perang dalam Romance Three Kingdom, atau Machiavelli abad 21. Sekali lagi, menurut saya, keren sekali, bukan?

Selain itu, saya dan seorang teman sudah mereka-reka rencana sekiranya kami berdua diberi kesempatan kembali kuliah. Sudah terbayang dalam benak di mana kami kongkow-kongkow di lapang basket kampus sambil menikmati kafein dan nikotin. Ditambah pemandangan para mahasiswi.

Yah... sebenarnya hal ini yang paling utama.

Rabu, 26 September 2007

merindukan


ada yang benar-benar
sulit terhapus dari ingatan
namamu,
dan begitu banyak peristiwa
di mana kita berada di dalamnya
tak peduli
berapa lama waktu berlalu

atau jejak-jejak kaki
yang t'lah mengering
lalu terbawa angin

pernahkah kukatakan
bahwa aku mencintaimu?
tidak,
karena aku membenci
kata yang diucapkan banyak orang itu
tapi,
bolehlah kuakui
bahwa aku merindukanmu

ya,
aku merindukanmu

karena ada yang benar-benar

sulit kutemukan

kembaranmu,
dan tempat-tempat
dimana bayangmu
tak mengikuti

merindukan


ada yang benar-benar
sulit terhapus dari ingatan
namamu,
dan begitu banyak peristiwa
di mana kita berada di dalamnya
tak peduli
berapa lama waktu berlalu

atau jejak-jejak kaki
yang t'lah mengering
lalu terbawa angin

pernahkah kukatakan
bahwa aku mencintaimu?
tidak,
karena aku membenci
kata yang diucapkan banyak orang itu
tapi,
bolehlah kuakui
bahwa aku merindukanmu

ya,
aku merindukanmu

karena ada yang benar-benar

sulit kutemukan

kembaranmu,
dan tempat-tempat
dimana bayangmu
tak mengikuti

Sabtu, 01 September 2007

Pentingkah Sebuah Cita-cita?

Pentingkah sebuah cita-cita?

Bukan. Mengingat orang-orang seusia kita rata-rata sudah lama menyerah dengan cita-cita masa kanak-kanaknya, maka pertanyaan yang tepat adalah: Pentingkah menanyakan cita-cita anak-anak kita kelak?

Dahulu sekali, orangtua saya menanamkan suatu hal yang saya rasa begitu menajubkan: money follows you. Uanglah yang akan mengejar saya. Selama saya belajar, belajar dan belajar, berusaha, berusaha dan berusaha menjadi seseorang atau sesuatu dengan sungguh-sungguh, maka uang, gaji, penghasilan atau materi secara otomatis akan mengikuti saya.

Tapi kemudian yang terjadi adalah peperangan melawan arus zaman. Menjadi sesuatu atau seseorang saat ini adalah TIDAK PENTING. Bukan itu. Ada sebuah kekuatan yang maha dahsyat yang berhasil menanamkan rasa ketakutan pada diri banyak orang, termasuk saya. Cukupkah uang kita? Apakah kita sanggup mencicil rumah yang layak? Akankah kita sanggup membiayai anak-anak kuliah? Membayar biaya rumah sakit? Membeli mobil?

Jadi, jika anak-anak kita ingin menjadi dokter, tanamkan juga pada mereka untuk menjadi dokter di rumah sakit swasta terkenal. Jadilah dokter di RS Borromeaus, misalnya. Jika mereka ingin menjadi guru, ubah segera untuk menjadi dosen. Jika mereka ingin menjadi penyebar agama, ubah dari sekarang.

Karena pertanyaan orang-orang pada anak-anak kalian kelak akan selalu kembali pada: Bekerja di mana? Bukan: Mengerjakan apa?

Selama kesuksesan seseorang masih diukur dengan standard materi yang ia peroleh, maka cita-cita sudah tidak penting untuk ditanamkan pada anak-anak kita. Karena cita-cita adalah pendidikan moral, dan selama hal itu dikaitkan dengan materi, maka hanya akan mendidik mereka menjadi orang-orang materialistis.

Seperti kita? Saya mengaku iya.

Sedikit.

Pentingkah Sebuah Cita-cita?

Pentingkah sebuah cita-cita?

Bukan. Mengingat orang-orang seusia kita rata-rata sudah lama menyerah dengan cita-cita masa kanak-kanaknya, maka pertanyaan yang tepat adalah: Pentingkah menanyakan cita-cita anak-anak kita kelak?

Dahulu sekali, orangtua saya menanamkan suatu hal yang saya rasa begitu menajubkan: money follows you. Uanglah yang akan mengejar saya. Selama saya belajar, belajar dan belajar, berusaha, berusaha dan berusaha menjadi seseorang atau sesuatu dengan sungguh-sungguh, maka uang, gaji, penghasilan atau materi secara otomatis akan mengikuti saya.

Tapi kemudian yang terjadi adalah peperangan melawan arus zaman. Menjadi sesuatu atau seseorang saat ini adalah TIDAK PENTING. Bukan itu. Ada sebuah kekuatan yang maha dahsyat yang berhasil menanamkan rasa ketakutan pada diri banyak orang, termasuk saya. Cukupkah uang kita? Apakah kita sanggup mencicil rumah yang layak? Akankah kita sanggup membiayai anak-anak kuliah? Membayar biaya rumah sakit? Membeli mobil?

Jadi, jika anak-anak kita ingin menjadi dokter, tanamkan juga pada mereka untuk menjadi dokter di rumah sakit swasta terkenal. Jadilah dokter di RS Borromeaus, misalnya. Jika mereka ingin menjadi guru, ubah segera untuk menjadi dosen. Jika mereka ingin menjadi penyebar agama, ubah dari sekarang.

Karena pertanyaan orang-orang pada anak-anak kalian kelak akan selalu kembali pada: Bekerja di mana? Bukan: Mengerjakan apa?

Selama kesuksesan seseorang masih diukur dengan standard materi yang ia peroleh, maka cita-cita sudah tidak penting untuk ditanamkan pada anak-anak kita. Karena cita-cita adalah pendidikan moral, dan selama hal itu dikaitkan dengan materi, maka hanya akan mendidik mereka menjadi orang-orang materialistis.

Seperti kita? Saya mengaku iya.

Sedikit.

Senin, 27 Agustus 2007

Met the Letto

SUDAH tiga kali dalam dua bulan terakhir ini saya "bersua" dengan grup band Letto, khususnya Noe sang vokalis. Sebuah pertemuan yang menyenangkan. Cukup menyenangkan hingga ingin saya ceritakan.

Mengenal Noe tidak jauh berbeda dengan mengenal seorang mahasiswa asal Jogja, menurut saya. Meski beliau mengaku dibesarkan di Lampung, kuliah di Kanada, dan menjadi selebritis dalam 1-2 tahun terakhir, dialek Jowo-nya tetap begitu kental. Seorang yang cerdas, sederhana dan rendah hati. Berbeda dengan saya yang cerdas, miskin dan sombong.

Tapi memang sejak dulu sekali saya cukup menggemari ayahnya, Emha Ainun Nadjib. Jujur, bukan dalam masalah agama, tapi saya sangat menyukai salah satu karya puisinya (yang dengan tanpa ijin beliau telah saya kutip dalam always, Laila--tapi nama beliau tetap saya cantumkan).

akan ke manakah angin melayang
tatkala turun senja nan muram
pada siapa lagu kuangankan
kelam dalam kabut rindu tertahan

datanglah engkau berbaring di sisiku
turun dan berbisik tepat di sampingku
belenggulah seluruh tubuh dan sukmaku
kuingin menjerit dalam pelukanmu

akan ke manakah berarak awan
bagi siapa mata kupejamkan
pecah bulan dalam ombak lautan
dahan-dahan di hati berguguran

Siapa sangka, tiga tahun kemudian, saya bertemu Noe, anak dari Emha Ainun Nadjib, penulis puisi di atas yang telah saya kutip?!

Karena itu, dalam novel saya berikutnya, saya akan mengutip karya ayahnya Dian Sastro. Siapa tahu, beberapa tahun ke depan saya bisa bertemu dengan puterinya itu.

Jadi, ada yang tahu nama bapaknya Dian Sastro dan apa karyanya?

Met the Letto

SUDAH tiga kali dalam dua bulan terakhir ini saya "bersua" dengan grup band Letto, khususnya Noe sang vokalis. Sebuah pertemuan yang menyenangkan. Cukup menyenangkan hingga ingin saya ceritakan.

Mengenal Noe tidak jauh berbeda dengan mengenal seorang mahasiswa asal Jogja, menurut saya. Meski beliau mengaku dibesarkan di Lampung, kuliah di Kanada, dan menjadi selebritis dalam 1-2 tahun terakhir, dialek Jowo-nya tetap begitu kental. Seorang yang cerdas, sederhana dan rendah hati. Berbeda dengan saya yang cerdas, miskin dan sombong.

Tapi memang sejak dulu sekali saya cukup menggemari ayahnya, Emha Ainun Nadjib. Jujur, bukan dalam masalah agama, tapi saya sangat menyukai salah satu karya puisinya (yang dengan tanpa ijin beliau telah saya kutip dalam always, Laila--tapi nama beliau tetap saya cantumkan).

akan ke manakah angin melayang
tatkala turun senja nan muram
pada siapa lagu kuangankan
kelam dalam kabut rindu tertahan

datanglah engkau berbaring di sisiku
turun dan berbisik tepat di sampingku
belenggulah seluruh tubuh dan sukmaku
kuingin menjerit dalam pelukanmu

akan ke manakah berarak awan
bagi siapa mata kupejamkan
pecah bulan dalam ombak lautan
dahan-dahan di hati berguguran

Siapa sangka, tiga tahun kemudian, saya bertemu Noe, anak dari Emha Ainun Nadjib, penulis puisi di atas yang telah saya kutip?!

Karena itu, dalam novel saya berikutnya, saya akan mengutip karya ayahnya Dian Sastro. Siapa tahu, beberapa tahun ke depan saya bisa bertemu dengan puterinya itu.

Jadi, ada yang tahu nama bapaknya Dian Sastro dan apa karyanya?

Sabtu, 25 Agustus 2007

3 Ways 2 Propose

BERENCANA melamar seseorang?

Daripada mendapatkan jawaban yang menyesakkan dada dari pasangan atau calon mertua, sebaiknya tunda dulu niatan tersebut. Di zaman sekarang, jangan terlalu pede lamaran kamu akan mulus diterima. Mentang-mentang wajah lumayan, masa depan cerah dan calon korban menunjukkan sinyal-sinyal harapan, tapi selalu ada kemungkinan satu per sejuta persen jawaban TIDAK dari mereka yang bisa memutarbalikkan segalanya. Hati akan terasa ngilu, pikiran bisa kacau, karir pasti terganggu dan akan muncul perasaan luar biasa malu. Belum lagi kumis dan janggut lupa tercukur dan jerawat di wajah akan tumbuh subur.

Bagaimana? Masih kukuh ingin melamar? Kalau begitu, pikirkan matang-matang rencana Anda. Susun strategi jitu sehingga tidak akan terlintas dalam pikiran pasangan atau calon mertua untuk menjawab tidak. Sampaikan lamaran dengan cara dan kalimat yang tidak biasa. Buat calon korban begitu tersanjung, tersentuh hatinya dan memaksa mereka menggunakan akal sehat dan logika sehingga tidak ada pilihan selain menerima fakta bahwa kamu adalah satu-satunya, the one atau the right person to be with.

Masih bingung? Bagaimana jika mencoba mengambil referensi dari adegan melamar di film atau novel yang sesuai dengan karakter Anda dan calon korban? So, don’t be your self.




Judul: Step Mom
Genre: Drama
Pemain: Julia Roberts, Susan Sarandon, Ed Harris


Luke Harrison (Ed Harris) memandang Isobel (Julia Roberts) dengan lembut. Tanpa kata-kata, ia serahkan sebuah kotak mungil berlapis beludru.

Isobel tersenyum lebar. Ia tahu benar bahwa Luke sedang melamarnya. Momen ini memang telah lama ia tunggu. Dengan perasaan luar biasa, perlahan Isobel buka kotak itu. Tapi yang ia dapatkan bukan sebentuk cincin, tapi segulungan benang. Jantungnya sempat tertahan sesaat. Ia sama sekali tidak mengerti apa maksud Luke. Isobel menjadi sedikit salah tingkah. Seandainya Luke sedang bergurau, sungguh gurauan yang tidak lucu.

Luke meraih gulungan benang itu dari Isobel. “Pertama kali aku menikah,” kata Luke memulai, “kami sudah pacaran sejak kuliah. Dan pernikahan hanyalah langkah selanjutnya. Terjadi begitu saja. Tapi kurasa pernikahan itu seharusnya bagi dua orang untuk benar-benar saling mencintai. Untuk benar-benar saling mengikatkan. Pernikahan seharusnya … seharusnya sebuah tindakan berdasarkan hasrat. Atau sebuah keputusan. Kurasa dua orang tersebut harus menghidupkan keputusan itu setiap hari—bahkan ketika ada masalah dan merasa ingin menyerah. Kita harus terus mempertahankan keputusan itu… meski harus pada seuntai benang.” Luke tidak meneruskan kata-katanya, tapi mengikatkan benang itu pada jari manis Isobel dan merentangkannya sepanjang lengan ke atas. “Sekali aku pernah biarkan benang itu putus. Kali ini tidak akan.” Kemudian, sebentuk cincin cantik muncul diantara jemari Luke, meluncur di sepanjang benang dan mendarat mulus di jari manis Isobel. “Will you marry me?” tanya Luke.

“Yes,” jawab Isobel dengan senyum lebar.


Cara ini akan sangat sesuai jika dilakukan pada calon pasangan yang memiliki sisi romantis, tapi ngga banget kalau dia adalah perempuan bertipe sinis. Bahkan, cocok sekali meski kamu adalah seorang duda.

Judul: Forrest Gump
Genre: Drama
Pemain: Forrest Gump, Robin Wright
Sutradara: Robert Zemeckis

Jenny (Robin Wright Penn) berpamitan untuk tidur, tapi Forrest (Tom Hanks) bergegas mengejarnya. “Will you marry me?” tanya Forrest tiba-tiba dengan suaranya yang dalam.

Jenny tak tahu harus menjawab apa. Ia hanya berdiri di anak tangga, menatap Forrest dengan kebingungan.

“I’d make a good husband, Jenny,” tambah Forret polos.

Jenny mengangguk tulus. “You would, Forrest.”

“But you won’t merry me, Jenny?”

“You don’t want to merry me,” Jenny membetulkan.

Jenny dapat menangkap perubahan ekspresi pada wajah Forrest. Suatu pemandangan yang memilukan baginya. Karena hal terakhir yang ingin ia lakukan adalah menyakiti hati sahabatnya itu.

“Why don’t you love me, Jenny?”

Jenny berusaha mencari kata-kata tapi tidak menemukannya.

“I’m not a smart man, but I know what love is,“ kata Forrest sambil berlalu.

Cara ini menunjukkan rasa tulus bahwa kamu sungguh-sungguh. Tidak ada embel-embel ini-itu. Strick to the point. Seakan-akan, tujuan hidup kamu hanyalah membuat pasangan kamu bahagia. Ditambah lagi, cara ini pun akan sukses menumbukan rasa kasihan yang besar sehingga calon pasangan akan sangat tidak tega untuk menolak lamaran kamu. Bahkan, meski kamu seorang idiot.

Judul: The Godfather
Penulis: Mario Puzo


Michael menyandar ke kursi dan mengawasi orang itu sejenak. Lalu ia berkata dengan sangat pelan, “Aku mengerti telah menyinggung perasaanmu karena membicarakan putrimu. Aku minta maaf, aku orang asing di daerah ini, aku tidak begitu memahami adat istiadat di sini. Begini, aku tidak bermaksud tak menghormati dirimu atau putrimu.”

Ada nada berkuasa dan penuh wibawa dalam suaranya sekalipun ia tengah meminta maaf. Pemilik kafe mengangkat bahu, lebih waspada lagi, mengetahui dirinya bukan berurusan dengan buruh tani. “Kau siapa dan apa yang kau inginkan dari putriku?”

Tanpa keraguan sedikit pun Michael berkata, “Aku orang Amerika yang sedang bersembunyi di Sisilia, dari polisi dan dari negaraku. Namaku Michael. Kau bisa memberitahu polisi dan mendapatkan banyak uang, tapi lalu putrimu akan kehilangan ayah dan bukannya mendapatkan suami. Bagaimanapun, aku ingin menemui putrimu. Dengan seizinmu dan di bawah pengawasan keluargamu. Dengan penuh sopan santun. Dengan penuh rasa hormat. Aku orang terhormat dan tidak pernah berpikir akan bertindak tidak hormat terhadap putrimu. Aku ingin bertemu dengannya, berbicara dengannya, lalu kalau di antara kami ada kecocokan aku ingin menikahinya. Kalau tidak, kau tidak akan melihatku lagi. Mungkin ia takkan menganggap diriku orang yang simpatik sedikit pun, dan tidak ada yang bisa mengubah pendapat itu. Tapi sesudah saat yang tepat tiba, akan kuceritakan segala sesuatu mengenai diriku padamu, semua yang harus diketahui ayah seorang istri.”

Prinsip utamanya adalah menawarkan sesuatu yang tidak mungkin ditolak. Cara ini sangat cocok bila kamu berhadapan dengan calon mertua yang over protektif. Bahkan, meski kamu seorang buronan.

note: yeah, rite!

3 Ways 2 Propose

BERENCANA melamar seseorang?

Daripada mendapatkan jawaban yang menyesakkan dada dari pasangan atau calon mertua, sebaiknya tunda dulu niatan tersebut. Di zaman sekarang, jangan terlalu pede lamaran kamu akan mulus diterima. Mentang-mentang wajah lumayan, masa depan cerah dan calon korban menunjukkan sinyal-sinyal harapan, tapi selalu ada kemungkinan satu per sejuta persen jawaban TIDAK dari mereka yang bisa memutarbalikkan segalanya. Hati akan terasa ngilu, pikiran bisa kacau, karir pasti terganggu dan akan muncul perasaan luar biasa malu. Belum lagi kumis dan janggut lupa tercukur dan jerawat di wajah akan tumbuh subur.

Bagaimana? Masih kukuh ingin melamar? Kalau begitu, pikirkan matang-matang rencana Anda. Susun strategi jitu sehingga tidak akan terlintas dalam pikiran pasangan atau calon mertua untuk menjawab tidak. Sampaikan lamaran dengan cara dan kalimat yang tidak biasa. Buat calon korban begitu tersanjung, tersentuh hatinya dan memaksa mereka menggunakan akal sehat dan logika sehingga tidak ada pilihan selain menerima fakta bahwa kamu adalah satu-satunya, the one atau the right person to be with.

Masih bingung? Bagaimana jika mencoba mengambil referensi dari adegan melamar di film atau novel yang sesuai dengan karakter Anda dan calon korban? So, don’t be your self.




Judul: Step Mom
Genre: Drama
Pemain: Julia Roberts, Susan Sarandon, Ed Harris


Luke Harrison (Ed Harris) memandang Isobel (Julia Roberts) dengan lembut. Tanpa kata-kata, ia serahkan sebuah kotak mungil berlapis beludru.

Isobel tersenyum lebar. Ia tahu benar bahwa Luke sedang melamarnya. Momen ini memang telah lama ia tunggu. Dengan perasaan luar biasa, perlahan Isobel buka kotak itu. Tapi yang ia dapatkan bukan sebentuk cincin, tapi segulungan benang. Jantungnya sempat tertahan sesaat. Ia sama sekali tidak mengerti apa maksud Luke. Isobel menjadi sedikit salah tingkah. Seandainya Luke sedang bergurau, sungguh gurauan yang tidak lucu.

Luke meraih gulungan benang itu dari Isobel. “Pertama kali aku menikah,” kata Luke memulai, “kami sudah pacaran sejak kuliah. Dan pernikahan hanyalah langkah selanjutnya. Terjadi begitu saja. Tapi kurasa pernikahan itu seharusnya bagi dua orang untuk benar-benar saling mencintai. Untuk benar-benar saling mengikatkan. Pernikahan seharusnya … seharusnya sebuah tindakan berdasarkan hasrat. Atau sebuah keputusan. Kurasa dua orang tersebut harus menghidupkan keputusan itu setiap hari—bahkan ketika ada masalah dan merasa ingin menyerah. Kita harus terus mempertahankan keputusan itu… meski harus pada seuntai benang.” Luke tidak meneruskan kata-katanya, tapi mengikatkan benang itu pada jari manis Isobel dan merentangkannya sepanjang lengan ke atas. “Sekali aku pernah biarkan benang itu putus. Kali ini tidak akan.” Kemudian, sebentuk cincin cantik muncul diantara jemari Luke, meluncur di sepanjang benang dan mendarat mulus di jari manis Isobel. “Will you marry me?” tanya Luke.

“Yes,” jawab Isobel dengan senyum lebar.


Cara ini akan sangat sesuai jika dilakukan pada calon pasangan yang memiliki sisi romantis, tapi ngga banget kalau dia adalah perempuan bertipe sinis. Bahkan, cocok sekali meski kamu adalah seorang duda.

Judul: Forrest Gump
Genre: Drama
Pemain: Forrest Gump, Robin Wright
Sutradara: Robert Zemeckis

Jenny (Robin Wright Penn) berpamitan untuk tidur, tapi Forrest (Tom Hanks) bergegas mengejarnya. “Will you marry me?” tanya Forrest tiba-tiba dengan suaranya yang dalam.

Jenny tak tahu harus menjawab apa. Ia hanya berdiri di anak tangga, menatap Forrest dengan kebingungan.

“I’d make a good husband, Jenny,” tambah Forret polos.

Jenny mengangguk tulus. “You would, Forrest.”

“But you won’t merry me, Jenny?”

“You don’t want to merry me,” Jenny membetulkan.

Jenny dapat menangkap perubahan ekspresi pada wajah Forrest. Suatu pemandangan yang memilukan baginya. Karena hal terakhir yang ingin ia lakukan adalah menyakiti hati sahabatnya itu.

“Why don’t you love me, Jenny?”

Jenny berusaha mencari kata-kata tapi tidak menemukannya.

“I’m not a smart man, but I know what love is,“ kata Forrest sambil berlalu.

Cara ini menunjukkan rasa tulus bahwa kamu sungguh-sungguh. Tidak ada embel-embel ini-itu. Strick to the point. Seakan-akan, tujuan hidup kamu hanyalah membuat pasangan kamu bahagia. Ditambah lagi, cara ini pun akan sukses menumbukan rasa kasihan yang besar sehingga calon pasangan akan sangat tidak tega untuk menolak lamaran kamu. Bahkan, meski kamu seorang idiot.

Judul: The Godfather
Penulis: Mario Puzo


Michael menyandar ke kursi dan mengawasi orang itu sejenak. Lalu ia berkata dengan sangat pelan, “Aku mengerti telah menyinggung perasaanmu karena membicarakan putrimu. Aku minta maaf, aku orang asing di daerah ini, aku tidak begitu memahami adat istiadat di sini. Begini, aku tidak bermaksud tak menghormati dirimu atau putrimu.”

Ada nada berkuasa dan penuh wibawa dalam suaranya sekalipun ia tengah meminta maaf. Pemilik kafe mengangkat bahu, lebih waspada lagi, mengetahui dirinya bukan berurusan dengan buruh tani. “Kau siapa dan apa yang kau inginkan dari putriku?”

Tanpa keraguan sedikit pun Michael berkata, “Aku orang Amerika yang sedang bersembunyi di Sisilia, dari polisi dan dari negaraku. Namaku Michael. Kau bisa memberitahu polisi dan mendapatkan banyak uang, tapi lalu putrimu akan kehilangan ayah dan bukannya mendapatkan suami. Bagaimanapun, aku ingin menemui putrimu. Dengan seizinmu dan di bawah pengawasan keluargamu. Dengan penuh sopan santun. Dengan penuh rasa hormat. Aku orang terhormat dan tidak pernah berpikir akan bertindak tidak hormat terhadap putrimu. Aku ingin bertemu dengannya, berbicara dengannya, lalu kalau di antara kami ada kecocokan aku ingin menikahinya. Kalau tidak, kau tidak akan melihatku lagi. Mungkin ia takkan menganggap diriku orang yang simpatik sedikit pun, dan tidak ada yang bisa mengubah pendapat itu. Tapi sesudah saat yang tepat tiba, akan kuceritakan segala sesuatu mengenai diriku padamu, semua yang harus diketahui ayah seorang istri.”

Prinsip utamanya adalah menawarkan sesuatu yang tidak mungkin ditolak. Cara ini sangat cocok bila kamu berhadapan dengan calon mertua yang over protektif. Bahkan, meski kamu seorang buronan.

note: yeah, rite!

Jumat, 06 Juli 2007

Bedah Bareng

PEMBEDAHAN 3 novel sekaligus: always, Laila, Love For Show, dan Ruang Rindu (available soon)

Hari/tanggal : Minggu, 08 Juli 2007
Waktu : Pkl 13.00 - 14.00 WIB
Tempat : Gramedia Paris Van Java, Bandung

dan sharing teknik jitu nembusin naskah ke penerbit..

juga bagi-bagi royalti (yeah, right!)...

Bedah Bareng

PEMBEDAHAN 3 novel sekaligus: always, Laila, Love For Show, dan Ruang Rindu (available soon)

Hari/tanggal : Minggu, 08 Juli 2007
Waktu : Pkl 13.00 - 14.00 WIB
Tempat : Gramedia Paris Van Java, Bandung

dan sharing teknik jitu nembusin naskah ke penerbit..

juga bagi-bagi royalti (yeah, right!)...

what came with love is lost


seandainya nanti

kudiberkati dengan putera-puteri
kan kuceritakan tentang engkau, bunda
seorang perempuan mulia
baik tingkah maupun rupa

seandainya kelak
anak-cucuku terlahir ke dunia
kan kudendangkan syair-syair
tentang indahnya ku di masa kecil
di mana engkau, bunda
adalah cahaya di rumah kita

seandainya dulu
kuciumi surga di telapak kakimu
akankah kita bersama, bunda
sehari lebih lama?

seandainya waktu itu
kutunaikan nasihatmu
mungkinkah tercapai, bunda
usiamu limapuluh dua?

bunda,
tak ada penyesalan
terlahir dari rahimmu...

Terimakasih kepada teman-teman, sahabat dan kerabat yang telah turut mendoakan kepergian ibunda tercinta.

Best regards,
Andi Eriawan

what came with love is lost...

what came with love is lost


seandainya nanti

kudiberkati dengan putera-puteri
kan kuceritakan tentang engkau, bunda
seorang perempuan mulia
baik tingkah maupun rupa

seandainya kelak
anak-cucuku terlahir ke dunia
kan kudendangkan syair-syair
tentang indahnya ku di masa kecil
di mana engkau, bunda
adalah cahaya di rumah kita

seandainya dulu
kuciumi surga di telapak kakimu
akankah kita bersama, bunda
sehari lebih lama?

seandainya waktu itu
kutunaikan nasihatmu
mungkinkah tercapai, bunda
usiamu limapuluh dua?

bunda,
tak ada penyesalan
terlahir dari rahimmu...

Terimakasih kepada teman-teman, sahabat dan kerabat yang telah turut mendoakan kepergian ibunda tercinta.

Best regards,
Andi Eriawan

what came with love is lost...

Minggu, 27 Mei 2007

My 2nd Novel

Setelah always, Laila (GagasMedia, 2004) dan melewati berbagai episode yang panjang juga melelahkan, diselingi intrik, drama dan kekerasan, serta tetesan darah, keringat dan airmata. Akhirnya, novel ke-2 saya terbit juga:




My 2nd Novel

Setelah always, Laila (GagasMedia, 2004) dan melewati berbagai episode yang panjang juga melelahkan, diselingi intrik, drama dan kekerasan, serta tetesan darah, keringat dan airmata. Akhirnya, novel ke-2 saya terbit juga: